Suasana monja ( sumber gambar : Haris - Media Pijar 2012 ) |
Meski jejak monja di Monginsidi Plaza justru udah gak ada lagi. Monja-monja lain justru bertebaran di kota Medan ini. Ada di pajak Petisah, ada di Pajak Deli Tua yang jualnya hanya hari Kamis aja makanya disebut Kamisan, ada juga di Pajak Simpang Limun tiap hari Minggu pagi dan masih banyak lagi pajak yang menjual monja. Oiya, Pajak di Medan artinya pasar ya teman.
Nah dari sekian banyak monja di Medan ini, Pajak Melati lah yang paling terkenal. Hari paling ramai dikunjungi adalah Selasa, Jum'at dan Minggu karena di hari itulah para pedagang membuka bal ( bongkaran besar isi barang bekas yang baru turun dari kapal ). Siang setelah jam 1 hingga sore adalah waktu yang tepat karena para pedagang monja Pajak Melati sudah siap menjajakan dagangannya
***
Pertama kali saya kenal monja dari tetangga sebelah rumah. Waktu itu tiba-tiba saya diajak ke Pajak Deli Tua. Dari rumah lumayan juga siy jaraknya. Berempat kami kesana dengan menggunakan angkot. Dan disitulah sekali-kalinya saya pengalaman naik angkot di Medan. Yang ternyata rasanya wow banget. Badan ini seperti dibawa terbang ... Hahaha. Jadi sepanjang jalan niy bibir ngucapin istighfar sambil teriak ke abangnya
Di monja Deli Tua itu saya akhirnya tahu ternyata monja menjual banyak sekali barang. Ada baju, celana, sandal, sepatu, bed cover dan tas. Berbekal uang 200 ribu akhirnya perburuan pertama saya dapat 4 tas 😂😂😂
Bersama kawan-kawan pergi ke monja Pajak Melati beberapa bulan silam |
Panas-panas dan debu gak jadi halangan pergi ke monja 😂😂 |
Seneng dong, uang segitu bisa dapat tas 4 biji. Gak lama dari pengalaman pertama tadi Mama saya datang dari Semarang. Dengar cerita dari saya, penasaran deh. Akhirnya di hari Minggu itu, saya ajak Mama ke Pajak Melati ( bahasa kerennya Pamela ) buat belanja tas. Dan deng deng ... Uang hampir 2 juta ludes buat beli tas 12 biji kalo gak salah ingat. Plus dapat bonus dompet dari penjual
Banyak amat? Tasnya itu ceritanya niy buat oleh-oleh saudara dan kerabat yang sebelumnya ditawarin dulu mau gak dibelikan tas bekas. Dan saya sebagai pengantar dapat juga tas 2 biji hasil nodong.. Wkwkwk. Gak papalah, anak ceweknya Mama cuman satu juga mana jauh lagi kan *pembelaan diri*🙈🙈
Di bawah ini beberapa tas yang saya beli di monja
Tas kulit merk Anello+ harga 130 ribu |
Tas kulit merk Cole Haan harga 250 ribu |
Tas parasut dengan tali kulit ( no merk ) harga75 apa 90 ribu gitu |
Sekarang kan Mama lagi di Medan niy. Udah minta diantar lagi tuh ke Pajak Melati. Pengen belanja tas katanya ... Hihihi
Alamat Pajak Melati di Jalan Flamboyan Raya Medan
Skip deh pengalaman saya ke monja. Belanja di monja itu gampang-gampang susah. Dengan berbagai dagangan mulai dari baju, sepatu, sprei, bed cover, celana, jaket, tas, karpet, sapu tangan, gorden, keset sampai dalaman juga ada. Butuh cukup perjuangan buat dapat barang bagus.
Mata harus teliti dan yang penting sabar saat memilih. Supaya gak dapat barang cacat. Kalau di monja Pajak Melati siy saya sukanya tas. Dengan kualitas bagus saya bisa dapat dengan harga miring. Terakhir saya kesana dapat tas kulit dengan harga 250 ribu setelah sebelumnya ditawarkan 400 ribu. Eits, belanja monja musti nawar ya karena terkadang penjual menawarkan jauh di atas pasaran. Tapi jangan khawatir pedagang monja di Medan baik-baik kok
Kenapa siy milih belanja di monja? Untuk alasan ini saya memilih karena kualitas. Sekarang banyak kan tuh tas-tas baru KW kesekian dijual. Buat saya dengan harga sama mending saya bisa dapat barang yang lebih bagus biarpun bekas. Dan satu lagi, di monja saya bisa dapat barang yang gak pasaran modelnya loh
Gaya saya bersama tas monja .... hahaha *numpang eksis sodaraaah* |
Gak gengsi belanja di monja? Aduuuh, jauh-jauhin tuh gengsi. Toh kita gak makan gengsi kan. Meski pajak yang jual monja banyak debunya, panas dan gak ada pendingin udara. Banyak loh pembeli monja dari kalangan atas. Gak percaya ? Di monja tuh, ada loh tas-tas yang dijual sampai harga jutaan juga. Bikin geleng-geleng kepala deh begitu dengar harganya
Selain monja di Medan dan Sumatera Utara. Daerah lain di Indonesia juga mengenal pasar seperti ini. Misalkan di Batam, Makassar dengan Cakar nya, Semarang dengan awul-awulnya dan masih banyak lagi. Dan ketika jaman udah makin canggih gini, para pedagang pun juga udah mulai mengenal cara online untuk menawarkan dagangannya. Jadi pembeli dari mana saja bisa membeli barang yang mereka inginkan
Cuman terkadang ada rasa miris juga belanja barang bekas impor seperti ini. Karena hampir sebagian besar barang ini masuk ke Indonesia dengan cara diselundupkan lewat kapal karena adanya pelarangan dari pemerintah. Dan sudah seringkali ada tindakan terhadap para penyelundup. Salah satu artikel media online pun pernah memberi judul " Monja Dilarang, Monja Diburu". Industri dalam negeri pun juga terancam dengan adanya serbuan barang bekas impor seperti ini
Tapi disisi lain, para pembeli barang bekas ini juga membeli karena kualitas. Dengan harga sama meski bekas, kualitas barang yang didapat lebih baik. Ya saya pribadi berharap semoga kelak ada jalan terbaik buat semuanya
10 comments
Yang penting kualitasnya masih oke mba.
ReplyDeleteYup tul dan sesuai dengan gaya kita 😎😎
DeleteAduh mba, kalau dapat murah dengan kondisi yang masih bagus bisa jualan tas, hihi..
ReplyDeleteTapi gimana ya pemerintah, buat memerangi penyelundupan sebenarnya sudah ada kan? Masalahnya permintaan seperti barang bekas tersebut selalu ada sehingga penyelundupan masih berlangsung.
Hahaha ... Ntar lah dipikirkan lagi tuh ide buat jualan. Ada juga siy yang nitip 😁
DeleteMudah-mudahan ada jalan keluar terbaik buat semuanya ya. Biar gak ada yang dirugikan
Barang bekas impor mah walau bekas kualitasnya ajib dan biasanya tidak mengecewakan baik di harga atauupun kualitas barang nya hehe betul tidak ?
ReplyDeletesalam kenal ya mbak
Iya, betul. Kualitas yang oke itu emang yang diincar pembeli. Selain tentunya harga yang lebih murah
DeleteMudah2an ada jalan deh untuk masalahnya penyelundupan ini, yang pastinya gak merugikan 3 pihak. Para pedagang barang selundupan, pemerintah dan pastinya kita2 yg suka belanja murah tapi berkualitas.
ReplyDeleteSelama ada demand, jelas supply akan ikutan ya mbak hehehe..mgkin krn payung hukumnya blm ada (atau mmg dibiarkan?) Jd pemerintah ga biza menindak pajak monza. Penangakapan kapal isi barang monza jd kayak lucu2an saja. Nah kalo buat pbeli kayak kita sih slama.tsedia ya dan cocok ya dibeli aja :D
ReplyDeleteKualitas memang diutamakan ya, Teh. Apalagi dengan harga yang miring, membuat diri ini tergoda untuk membeli. Tak dibeli, setidaknya mampir lihat..hehe
ReplyDeleteSalam kenal ya, Teh Dila :)
jiah, pas ke Medan aku gak ke siniiiih :( RUGIIII
ReplyDelete