Apa itu ikhlas ?
Sebuah kisah di hidupku, mengharuskanku mengucapkan kata ikhlas
Ikhlas yang sesungguhnya
" Dila, kamu bilang ke papamu kalau kamu ikhlas Papa pergi " bisik ibu guru agama saya
" Kenapa, bu? " jawab saya
" Papamu nungguin kamu " jawab beliau
Pagi itu aku harus membisikkan ke telinga lelaki cinta pertamaku bahwa aku ikhlas melepas kepergiannya
Jangan tanyakan bagaimana perasaanku saat itu
Lelaki yang kupanggil Papa itu tergolek lemah di ruang ICU, dengan berbagai alat terpasang di tubuhnya. Rautnya seperti orang yang sedang tidur saja
Nilai batang otak nol
Jantung nol
Gagal nafas
Papaku koma
Hidupnya saat itu bergantung pada ventilator yang terpasang di tubuhnya
Tak sanggup rasanya melihat Papa tergolek lemah di ruang ICU. Rasanya dunia berputar ketika itu
Ingatan dua hari sebelumnya pun muncul ...
Minggu pagi aku masih melihatnya melambaikan tangannya kepadaku dan berkata " Lebaran nanti kita kumpul lagi ya "
Rupanya lambaian tangan itu adalah lambaian tangan terakhirnya kepadaku, saat melepasku kembali ke kota tempat tinggalku yang berjarak 7 jam dari rumah orangtuaku
Dan Selasa pagi, lelaki itu sudah kulihat berada di ruang ICU. Setelah serangan stroke kedua dan serangan jantung di hari Senin pagi. Tepat setelah lelaki itu kembali dari sholat Dhuha di kantornya
" Papa, bangun pa " aku masih tak percaya dengan keadaan itu
Kubelai rambutnya, kucium pipinya
Ah ... kenapa semua ini terjadi
Sambil menatap wajahnya, aku berkata bahwa aku sudah ada disampingnya. Aku sudah datang
Lalu aku teringat pesan guruku itu
" Papa, aku ikhlas Papa pergi. Maafin aku, pa " kucoba membisikkan kalimat itu ke telinga Papa
Tapi aku tidak ikhlas ...
Aku masih terus menangis tersedu. Hati ini rasanya tak mampu untuk melepas kepergiannya. Aku tidak mau Papa pergi
Tidak kuat, aku pun keluar dari ruang ICU. Berusaha menenangkan diri
Beruntung banyak saudara dan kawan dari Mama Papa yang menemani kami
Berada di situasi itu sangat membuat saya tidak nyaman. Dan terus bertanya kenapa semua itu terjadi
" Mama, kenapa Papa begitu. Kemarin Minggu kan baik - baik aja ? " tanyaku kepada Mama sambil menangis
" Kamu yang ikhlas, mbak. Dokter Maria bilang Papa udah nggak ada harapan hidup " jawab Mama
" Dioperasi lah, Ma" jawab saya setengah memaksa
" Nggak bisa, mbak. Nggak ada gunanya. Hidup Papa itu sekarang bergantung sama alat itu " kata Mama
Dokter Maria adalah dokter yang merawat Papa sejak stroke pertama 5 tahun sebelumnya
***
Entah berapa kali di Selasa pagi itu aku keluar masuk ruang ICU. Memakai pakaian steril dan melepaskannya lagi saat keluar
Setiap kali masuk, yang ada aku hanya bisa menangis dan memeluk Papa. Sambil berbisik tentang keinginannya untuk berjumpa saat Lebaran depan. Tentang masa yang pernah kami lewati
Aku harus ikhlas. Aku tidak mau melihat Papaku menderita begitu
" Papa, aku ikhlas Papa pergi. Maafin aku, Pa " kucoba membisikkan kata itu sekali lagi
Tapi aku masih tidak ikhlas. Air mata masih mengalir di pipiku
Aaah, kenapa ini sulit sekali
Ketika berada di situasi itu, semua teori tentang ikhlas hilang dari kepalaku
***
" Bu, maaf. Kata dokter Maria, ventilatornya harus dilepas " kata seorang perawat di ruang ICU
" Ya udah, dilepas aja Mbak " jawab Mama
" Tapi maaf, Bu. Pihak keluarga yang harus melepaskannya " kata perawat itu
Dalam situasi seperti itu, kami dipaksa melepaskan alat penyambung kehidupan Papa. Kutahu semakin lama memakai alat itu, akan menyiksa Papa. Sementara aku masih ingin Papa ada di sampingku
Aku tak sanggup menuliskan bagaimana perasaanku kala itu
Mendengar itu, kucoba sekali lagi untuk melepaskan Papa. Dengan langkah pelan kucoba mendekati tempat tidurnya
" Papa, aku ikhlas Papa pergi. Ikhlas. Maafin aku, Pa. Aku punya banyak kesalahan sama Papa. Kalau Papa mau pergi sekarang, aku ikhlas. Aku sayang sama Papa "
Dengan lancar aku berbisik sekali lagi ke telinga Papa. Tanpa ada rasa yang mengganjal, tanpa ada kesedihan. Dan tanpa air mata
Aku benar-benar menikmati waktu berdua dengan Papa kala itu. Kubelai dan kucium wajahnya
Entah kekuatan apa yang mendorongku
Aku merasa benar-benar ikhlas ... Lepas
Aku rela Papa pergi
***
" Ma, aku ke kantin dulu. Belum makan dari pagi " kataku ke Mama
" Iya, kamu makan dulu. Lagian kasian Kakak " jawab Mama sambil melihat anak pertamaku yang masih berumur setahun kala itu
Bertiga dengan tanteku, aku makan pagi yang terlambat. Jam menunjukkan pukul 11 lebih. Perjalanan dengan travel semalam dari rumahku, membuatku lapar saat itu
Selesai makan, aku kembali ke ruangan ICU. Rupanya Papa sudah dipindahkan ke ruang perawatan
Adikku rupanya yang melepaskan ventilator yang terpasang. Setelah sebelumnya menanda tangani surat persetujuan dahulu
Adikku menguatkan dirinya untuk melepas alat penyambung hidup Papa
Aku tidak sanggup membayangkan jika aku yang harus melepaskan alat itu
Berada di ruang perawatan, membuat Papa bisa dilihat langsung oleh banyak kerabat yang ingin melihatnya. Tanpa perlu bergantian seperti di ruang ICU
Ayat Al Quran pun terlantun
Papa terlihat damai dalam tidurnya
" Bapak sudah pergi, bu " kata dokter jaga saat itu
Ternyata Papa sudah dipanggil Allah. Hanya berselang 1 jam dari keluar ruang ICU
Innalillahi wa inna ilayhi roji'un
Mendengar itu, tangispun kembali pecah. Tapi kami harus ikhlas bahwa Papa telah pergi ...
***
Lalu apa ikhlas itu ?
Lepas
Rela
Ridho
Mungkin itulah ikhlas
Aku tidak punya kalimat spesifik untuk menjelaskannya
Tapi aku pernah merasakan bagaimana ikhlas yang sesungguhnya
Dan masih terus belajar untuk ikhlas ...
13 comments
Aku prnh ngalamin ini.. :( .. Sakit, sedih, dan memang beraaaat banget ya mba. Tp mungkin yg bikin aku bisa bener2 ikhlas waktu itu, krn aku tau Allah lbh sayang, dan sebenernya papa mertua ga akan merasakan sakit lg. :( . Walo cm mertua, tp beliau udh kyk papaku sendiri baiknya. Itu yg bikin kita semua berat banget pas melepas
ReplyDeleteAku pun sampai sekarang mikir, kok bisa perasaanku bener2 lepas . Padahal sebelumnya gak bisa
DeleteDan emang kalau ingat bahwa Allah lebih sayang sama mereka, itu yang mungkin menguatkan kita Mb Fanny
Keep strong my friend...
ReplyDeleteSemua peristiwa yang kulalui, itu yang bikin aku kuat say
Delete11 bulan lalu aku merasakannya. Tepat setelah aku bilang, aku ikhlas bu. Juga suami membisikkan ke telinga ibu bahwa dia ikhlas, dia akan menjaga aku Dan anak2. Saat itu juga ibu dengan tenang menghadap illahi Robbi.
ReplyDeleteBersyukur ibu nggak sakit lagi. Namun juga kehilangan teramat sangat :(
Pas kita harus ngalamin adegan kayak di sinetron rasanya saat itu bener gak ya. Gak mau percaya tapi emang gitu kenyataannya
DeleteCuman itu cara paling baik buat semuanya, Mb
Sedih ya. Aku jd ingat almarhumah Ibuku. Aku menyaksikan beliau menghembuskan nafas terakhir 9 tahun lalu.
ReplyDeleteSedih banget, mb. Apalagi melihatnya langsung di depan mata
DeleteAku pernah juga nyaksiin momeNt kyk gini...pas slh satu Bude mau mninggal. Pergi sesaat setelah anak bungsunya bilang "ikhlas"
ReplyDeletePasti sedih banget ya, mb Sulis. Biarpun bukan kita yang ngalamin
DeleteSediih banget berada di posisi mbak, rasa Ikhlas yang sangat berat pastinya ya :(
ReplyDeleteAwalnya berat, mb. Tapi ketika terakhir saya bisikkan ke Papa ... Perasaan entah saat itu ringan. Tanpa beban. Plong aja
DeleteAllah yang kasih saya kekuatan untuk bisa seperti itu
Aku bilang ke bayiku, Mbak...Lihat dia berkabel-kabel hidupnya, padahal baru 13 hari.
ReplyDeleteNak, Ibuk ikhlas...setiap lihat dia..Dan, dia pun berpulang