Sabtu kemarin, saya meminta suami untuk mengantar ke sebuah rumah kuno peninggalan Belanda. Berawal dari rasa penasaran saya, setelah melihat foto rumah kuno itu di IG @taukotembung sehari sebelumnya ( padahal postingannya udah di awal November ini)
Semenjak tinggal di Medan 3 tahun lalu, kesukaan saya terhadap hal - hal berbau vintage makin menjadi
Sebuah foto rumah panggung berarsitektur Melayu campur Eropa, milik PTPN 2 membius saya sejak pandangan pertama
***
Ternyata lokasinya cukup mudah ditemukan, berbekal GPS kami pun sampai di rumah kuno yang tepat berada di Jalan Tembakau, Batang Kuis - Kabupaten Deli Serdang itu
Si kecil lah yang pertama kali melihat rumah kuno itu, " Mi, itu rumahnya ". Suami awalnya sempat ragu saat ingin turun. " Udahlah, gak usah. Kamu ambil gambar dari luar aja " katanya
Kami pun sudah sempat putar balik di dekat perlintasan kereta api. Hingga akhirnya, saya dan si kecil berhasil merayu suami. " Tuh, ada mobil Pajero nya kok di bawah rumah. Berarti ada orangnya kan " kata saya. Si kecil pun semangat sekali menjawab " Iya, Ma. Ada tuh "
Sempat berhenti lama di depan rumah itu, saya meminta suami memarkirkan kendaraan di Kantor PTPN 2 Kebun Bandar Klippa yang terletak tepat di seberang rumah kuno itu
Kantor Kebun Bandar Klippa, tempat kami parkir kendaraan |
Tak lama kemudian dari pintu kantor, tampak seorang pegawai keluar bersama bapak penjaga tadi. " Boleh, mbak " kata penjaga itu
" Makasih, sudah diijinkan masuk Pak " kata saya ke pegawai kantor tersebut yang akhirnya saya ketahui beliau adalah sekretaris manajer Kantor Kebun Bandar Klippa PTPN 2
" Tapi jangan masuk ke dalam rumah ya " pesan beliau. " Iya, Pak " jawab saya
Pak Gantong, demikian nama penjaga tadi. Alhamdulillah Pak Gantong bersedia menemani kami masuk melihat rumah kuno itu
Rumah kuno yang akan saya lihat itu hingga saat ini masih menjadi rumah dinas yang ditempati oleh Manajer Kebun Bandar Klippa PTPN 2
Saya juga pernah loh berkunjung ke Puri Tri Adiguna Tanjung Morawa milik PTPN 2, tempatnya seperti apa. Yuk klik disini
***
Kebun yang tersisa saat ini, sudah tidak lagi ditanami tembakau Deli. Dan diganti oleh tanaman kelapa sawit
***
Tanaman Pucuk Merah tersusun rapi di halaman yang luas itu, terlihat menyambut siapa pun yang datang
Pucuk merah berjajar rapi |
Dari bagian samping lainnya, terlihat sebuah bangunan mirip garasi yang dipisah oleh sekat. Menurut Pak Gantong, itu adalah garasi dan tempat mengambil minyak untuk bahan bakar mobil dinas
Selasar lorong penghubung rumah utama dengan garasi |
Garasi |
Kami pun berpindah ke belakang rumah utama. Masih tampak jendela dan sebuah pintu menghubungkan dengan bagian bawah panggung. Tangga juga terlihat di bagian belakang rumah
Bagian belakang rumah |
Sebuah balkon di samping rumah menarik hati saya. " Foto disini, Mb. Cantik loh " kata Pak Gantong
Tetapi saya lebih tertarik untuk naik ke atas balkon itu dulu. Berdua dengan si Kecil, kami menaiki tangga yang terbuat dari ubin warna coklat dan kuning itu satu persatu
Bukan Noni Belanda ... Piss |
Teras cantik |
Saya suka sekali di teras samping ini, pemandangannya keren. Khayalan saya melayang membayangkan bagaimana saat Belanda masih disitu |
Wow, pemandangannya cantik dari sini. Dari atas balkon, saya membayangkan mungkin dahulu tanah lapang itu ramai dengan orang Belanda yang bermain bersama anaknya. Kereta kuda mereka berhenti disana. Sebuah pasar malam pernah diadakan disana. Atau di lapangan itu mungkin juga pernah menjadi background foto orang Belanda bersama keluarga mereka
Saya pun turun bersama si Kecil menyusul suami dan Pak Gantong yang sedang berbicara di bawah rumah panggung
Dua buah tangga terlihat di bagian kanan dan kiri rumah. Pilar-pilar berwarna putih ala rumah panggung, tersusun di bagian bawah rumah
Pilar khas rumah panggung |
Di bawah sini terasa adem |
Tangga menuju rumah utama |
" Dulu disini banyak pembantunya, itu kamar-kamarnya" lanjut Pak Gantong sambil menunjukkan beberapa ruangan kecil di bawah panggung
Kamar pembantu jaman dulu |
Teras atas |
Saya membayangkan di jaman dulu, orang Belanda minum kopi di teras atas |
Puas berfoto di atas, saya pun turun. Dan kembali ke halaman depan
***
Saat hendak keluar, sebuah alat berbahan stainless steel menarik perhatian saya. " Apa itu, Pak Gantong? " tanya saya. " Alat ukur curah hujan, Mbak " jawab Pak GantongSi kecil yang penasaran dengan alat pengukur curah hujan |
Selesai melihat alat pengukur curah hujan itu, kami pun memutuskan kembali ke parkiran dan pulang
Terima kasih, Pak Gantong sudah menemani kami melihat rumah indah itu.
***
Boleh dong saya bermimpi, seandainya rumah itu lebih dirawat dan halaman luas di depannya dipercantik disertai dengan keceriaan anak - anak bermain di luar. Lampu warna warni menghiasi rumah di malam hari. Wow, pasti menyenangkan sekali
Jalan ini tahun depan, akan menjadi jalan tol 😥 |
Semoga kelak, kelak rumah cantik itu masih bisa dinikmati oleh generasi mendatang
Buat teman-teman yang ingin berkunjung kesana. Silakan aja. Tapi jangan lupa ijin ya. Soal angker atau gak ? Saya siy percaya, selama niat kita baik. In sya'a Allah akan dijaga oleh Sang Pemilik Kehidupan
Sampai jumpa lagi di petualangan saya berikutnya. Salam 😊😊
20 comments
Kalau aku sih bismillah aja mba. Rumahnya memang gedhe-gedhe dan klasik. Bikin serem karena nggak begitu terawat ya.
ReplyDeleteBener, Mb Nur. Kalau rumah ini lebih terawat tentu bakal cantik lagi
DeleteKayaknya seru ne, jalan-jalan ke rumah kuno peninggalan Belanda ini, nanti kalau aku ke Medan lagi, singgah ah.
ReplyDeleteOia, ini ada link ke blog ku, supaya mbak bisa Jajalan di Danau Toba
http://www.yellsaints.com/2017/11/terbang-bersama-garuda-ini-6-tempat.html?spref=fb
Ayo singgah klo ke Medan lagi, tempatnya bagus
DeleteSaya juga penggemar bangunan lama,boleh ne kita hunting bersama bu
Deletebangunannya masih bagus ya..
ReplyDeleteitu dijadikan objek wisata (ada biaya masuknya) atau kita bs dtg kesana suka2?
Ini bukan objek wisata, mb. Tapi kita boleh masuk, asal ijin dulu
Deletesaya tinggal di daerah tembung mbak, nggak jauh dari BANDAR KLIPPA, BATANG KUIS kan ya. Tapi belum pernah ke bangunan kuno itu.. Menarik mbak gambar-gambarnya.. insya allah kapan ada kesempatan boleh juga main ke sana. makasih mbak infonya..
ReplyDeleteWah, mbak dari Tembung ya. Dekatlah sama rumah itu
DeleteAku suka banget ke rumah tua gini.
ReplyDeleteDuh Mbak harus ke Lasem, bakal puas lihat rumah-rumah tua. Aku sampai susah diajak pulang.
Banyak juga ya rumah vintage di Lasem. Aduuuh mupeng klo liat rumah vintage, mb
DeleteKalau saya kok agak takut lihatnya yaa..hihi...emang dasar penakut aja sih :(
ReplyDeleteKalo saya yang penting ditemenin, sendiri pasti takut... Hihihi
DeleteTerbayang jaman rumah ini masih difungsikan..Ada acara digelar di halaman..Ramai orang lalu-lalang. Sekarang hanya tinggal kenangan dan tak lama lagi akan digusur kemajuan jaman..hiks:(
ReplyDeletePengennya kayak di luar negeri, Mb. Kemajuan jaman tidak menggeser peninggalan sejarah
DeleteRumah kuno gini bersejarah ya, tapi sekarang lebih banyak dipakai shoot film dan sejenisnya. Kebayang dulu mah super keren banget punya rumah gede ini udah kayak abis lah. Sekarang cuma cerita aja paling2 mistis hehehe.
ReplyDeleteSemoga aja kelak, bangunan bersejarah kayak gini gak tergerus jaman Mbak. Biar anak cucu kita masih bisa melihatnya
DeleteSedih tau proyek jalan tol bakal melintasi halaman rumah. :(
ReplyDeleteIya, menyedihkan sekali
Deletesaya juga sm kyk mba.. suka vintage style sperti ini
ReplyDeletesemoga bangunan indah ini terjaga sllu