Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini . Powered by Blogger.
  • Home
  • Contact Me
  • About Me
  • Category
    • KULINER
    • LIBURAN
    • LOMBA BLOG
Facebook Google Plus Instagram

Ibu Dila

Setiap langkah adalah berharga




Bunuh diri, sebuah kata yang nyaris kulakukan terhadap diri ini lebih dari satu dekade silam. Perbuatan yang dimurkai penciptaku, hampir kulakukan ketika itu

Ah ... tak mungkin. Aku kira itu yang ada di pikiran kalian saat ini

 ***

Di awal abad milenial, aku seorang gadis berusia 20 tahun ketika itu. Masih duduk di bangku kuliah semester 3. Sebuah kisah kelam nyaris membuatku mengakhiri hidupku

Hari itu, Tanteku adik dari Mama, membawa seorang muridnya ke rumah. Usianya setahun di bawahku. Gadis cantik berhidung mancung itu mengalami cerita mengerikan dalam kehidupannya. Ayahnya membunuh ibunya. Kemudian ayahnya dipenjara. Dengan wajah penuh tekanan, setiap hari dia datang ke sekolah. Kasihan terhadapnya, Tanteku itu membawa dia ke rumah.  Dan menjadi adik angkatku

Sebut saja namanya Bulan. Rasa senang awalnya menghampiriku, aku punya seorang adik perempuan pikirku saat itu. Bulan tidur bersamaku karena kamar hanya ada 3 di rumah. Adik lelakiku di kamar depan. Mama tidur sendiri karena Papa kerja di luar kota dari aku kelas 2 SMP.  Sabtu dan Minggu baru pulang 

Kehidupan kami pun berubah warna dengan hadirnya Bulan. Tak ada perbedaan perlakuan dari kami. Bulan diperlakukan seperti anggota keluarga sendiri

Hingga akhirnya keadaan berubah 180 derajat. Entah bagaimana awalnya, Mama merasakan ketidak beresan dengan Papa sejak hadirnya Bulan di rumah. Mungkin itu insting seorang istri. Hingga akhirnya malam itu, Tanteku menelpon Bulan supaya datang ke rumahnya pagi besok

Bulan pun datang ke rumah Tanteku. Dan hari itu juga Bulan pamit dari rumah. Masih teringat bagaimana wajahnya saat itu. Aku yang saat itu tak tahu pasti, cerita apa yang terjadi dengan Papa dan Bulan. Perasaanku sebagai anak membuatku cukup menjadi orang yang sangat membenci Papa. Ya, aku membenci lelaki cinta pertama dalam hidupku 

Mama begitu tegar, tahu bahwa aku benci Papa saat itu. Berulang kali Mama mengatakan " Jangan kamu benci Papamu. Papa sayang kamu. Maafin Papamu ". Tapi perkataan Mama itu nyaris tak pernah kudengar. Mama tak pernah membenci Papa atau mengajarkanku untuk membenci Papa. Tapi aku tetap membenci Papa

Aku yang sebelumnya tak bisa naik sepeda motor karena takut, entah kekuatan apa yang mendorongku. Saat ada pertemuan keluarga aku minta Om, adik ipar Mama, mengajarkanku naik sepeda motor. Tak perlu belajar lama, satu hari itu aku langsung bisa naik sepeda motor

Aku pun menjadi anak yang pemberontak. Aku memaksa Papa untuk menyediakan sepeda motor. Papa yang mungkin tahu kekesalanku saat itu pun, merelakan sepeda motornya untuk kupakai. Untuk berangkat kerja di luar kota, Papa memilih naik bis ( Ah ... air mataku jatuh lagi saat mengingat kenakalanku saat itu ). Dengan rasa kesal memuncak, aku pernah mengendarai motor dengan kecepatan 105 km / jam saat itu di sebuah jalan raya yang sedang sepi. Aku nekad sekali 

Tak hanya itu, aku pun mencoba untuk merokok. Sebungkus rokok yang kutemukan di laci meja belajar adik yang dibelinya saat kemah. Sempat kucoba merokok setengah batang. Dan disitulah saya tahu, ternyata seperti itu ya rasanya merokok. Gak ada enak - enaknya. Seperti kertas dibakar saja ... Hambar 

Masih belum puas, aku pun sempat berucap " Dimana ya beli obat terlarang? ". Kalau minum itu mungkin aku bisa mati. Tapi Allah baik kepadaku. Tak kutemukan  jawaban atas pertanyaanku itu 

Waktupun berlalu, aku masih membenci Papa. Melihatnya pun tak sudi. Hingga suatu malam Papa datang ke kamar. Duduk di depanku. " Kalau kamu masih sayang Papa, lihat Papa. Kalau kamu benci sama Papa, biar Papa pergi "

Ternyata aku tak sanggup untuk melanjutkan kebencianku pada Papa. Air mataku berderai saat itu. Aku tak sanggup jika kehilangan Papa lagi. Kupeluk Papa. Disitulah rasa benciku hilang seketika 

Dan sebuah skenario besar Allah ternyata menanti kami selama 5 tahun kedepannya ... 

***

Seorang lelaki bertubuh pendek dengan kacamata bundarnya datang menghampiri hidupku. Dia atasanku tapi beda bagian. Pria non Muslim ini membuatku jatuh cinta padanya 

Yang kutahu dia baru putus dari pacarnya di luar kota. Sebuah acara suatu produk yang menghadirkan penyanyi terkenal Indonesia, membuatku berkenalan dengannya. Kedekatanku dengannya pun berlanjut. Aku pun makin jatuh cinta dengannya 

Meski boleh dibilang kami pacaran atau mungkin dia merasa tidak ... Entahlah. Malam Minggu seperti layaknya orang pacaran. Tapi disisi lain, dia tetap perhatian dengan mantan pacarnya. Setiap mantan pacarnya datang ke kotaku selalu dijemput. Selalu perhatian dengannya. Aku pun mulai tidak nyaman 

Tiga bulan menjalani hubungan seperti itu. Hingga akhirnya kuputuskan daripada lebih sakit hati, lebih baik berhenti saja. Tapi ternyata rasa itu masih ada, aku pun masih sering berjumpa dengan dia. Sulit sekali melepaskan perasaan itu. Dia pun masih berjumpa dengan mantan pacarnya 

Tak tahan dengan perasaan yang kacau itu, kutelpon mantan pacarnya. Aku cerita banyak dengannya. Tentang perasaanku dan banyak hal. Rupanya dia sosok yang ramah. Dia bersedia mendengar ceritaku.  Dan disitulah kutahu ternyata selama ini mereka belum putus. Gadis yang kutahu sebagai mantan pacar ternyata bukan mantan. Tetapi masih pacaran

Aku menjadi selingkuhan tanpa aku sadari. Aku jadi pelarian pria itu ketika dia bermasalah dengan gadis itu. Pria yang telah membuatku jatuh cinta, tak menyadari dia telah menghancurkan hatiku berkeping - keping

Disitulah aku ingin menghabisi hidupku sekali lagi. Aku tak sanggup menghadapinya. Puluhan butir obat entah apa yang kulihat di rumah saat itu kutenggak. Bukan kematian yang kuhadapi, tapi rasa mual akibat banyak pil kutenggak. Alhamdulillah, Allah menyelamatkanku sekali lagi 

Disaat yang bersamaan, aku kehilangan salah seorang sahabat yang aku sayangi karena kecelakaan lalu lintas di Senin pagi itu. Jangan tanya bagaimana hancurnya perasaanku. Yang jelas duniaku makin bertambah gelap

Dan keluargaku tak pernah mengetahui niatku untuk mengakhiri hidup hingga kutuliskan ini ... 

****

Jika kalian sekarang berpikir aku begitu lemahnya saat itu ? Bodoh sekali jika masalah seperti itu saja nyaris menghancurkan hidupku

Kujawab, tidak. Apa yang terjadi padaku saat itu memang membuatku jatuh terpuruk

Silakan jika kalian ingin tertawa. Aku memang bodoh ...


Dua kali menghadapi masalah yang membuat hidupku hancur dan nyaris mengakhiri hidup. Tak akan membuatku jemawa dengan mengatakan " Untung aku masih memiliki iman ". Tidak, aku tak berani mengatakan itu

Allah lah yang menyelamatkan hidupku

Bukan hanya Allah saja. Ada tangan lain yang membuatku bangkit. Mereka adalah keluargaku, guru dan sahabat. Mereka memang tak pernah tahu aku berniat bunuh diri

Yang mereka tahu bahwa aku punya masalah
Yang mereka tahu bahwa aku ingin didengar
Yang mereka tahu bahwa aku ingin ditemani 

Tak mudah bagiku untuk bangkit dari rasa kehancuranku. Meski tak butuh waktu lama, tapi saat itu aku merasa tertatih untuk menata hidup kembali

Dan kini setelah semua berlalu lama. Kubisa berkata, tak pernah kusesali semua jalan cerita yang pernah terjadi. Karena itu yang menjadikanku seperti saat ini

Jika di sekeliling kalian, ada orang yang tengah menghadapi masalah. Dengarkan dia. Jangan hakimi dia. Mungkin buatmu masalah yang dihadapinya sederhana. Tapi belum tentu buat dia. Sediakan telinga untuk sekadar mendengar. Meski kau tak punya solusi untuknya, sepasang telingamu sudah sanggup meredakan masalahnya 
    
Tak malukah diriku menceritakan ini ? Bukankah itu aib ? Buatku itu bukan aib. Itu adalah jalan Allah untuk membuatku menjadi lebih baik. Aku hanya ingin mengatakan kepada mereka yang saat ini menghadapi masalah, yang membuat kalian merasa tak memiliki harapan. Kalian tak sendiri, aku pernah di posisi kalian ...


Share
Tweet
Pin
Share
25 comments



Putih, tidak terlalu tinggi dan badan agak berisi. Seorang perempuan muda berwajah manis kukenal 9 tahun lalu. Kumengenalnya di tempat anak pertamaku sekolah. Sebelum ku kenal dia, sebut saja namanya Manis, cerita tentangnya sudah sering kudengar bahkan sebelum kulihat wajah cantiknya

Manis dari saat pertama bertemu, Manis  tidak pernah tak melepaskan senyumnya kepada semua orang. Dia sosok yang ramah. Setiap bercerita dengan dia, tak jarang tertawanya yang renyah muncul.

Tak butuh waktu lama untukku dekat dengannya. Bersama beberapa kawan yang cukup dekat, kami layaknya sebuah gank anak sekolah. Berlima kami sering mengobrol, jalan-jalan dan makan bersama di rumah kami berlima secara bergantian . Ada yang seusia denganku, ada yang lebih tua sedikit dan ada seorang yang paling tua diantara kami. Namanya Bu Haji yang saat itu usianya hampir 50 tahun. Dan Manis adalah yang paling muda. 5 tahun di bawahku

Manis dengan segala predikat buruk dari orang yang sering membicarakannya, ternyata tak seburuk itu. Dari kedekatan kami inilah, sosok Manis mulai terbuka dengan kami

***

Di usianya yang baru menginjak 18 tahun,  Manis menikah dengan suami pertamanya. Seorang WNA dari Taiwan. Manis bertemu di karaoke tempatnya bekerja. Yah ... Manis adalah seorang pemandu lagu saat dia bertemu suami pertamanya. Dari pernikahan pertamanya inilah Manis mendapatkan anak perempuan. Suaminya sudah punya istri di Taiwan. Manis menjadi istri kedua tanpa sepengetahuan istri pertama. Suami Manis cukup royal. Saat itu Manis selalu mendapatkan uang saku 500 ribu per hari. Bertahan 3 tahun,  pernikahannya pun bubar

Tekanan hidup yang cukup tinggi membuat Manis kembali menjadi seorang pemandu lagu. Kali ini Manis memilih merantau di pulau seberang. Manis bekerja di sebuah karaoke hotel. Di hotel megah itu, Manis berjumpa dengan suami keduanya. Seorang pria paruh baya yang bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil dengan jabatan cukup tinggi

Hubungan yang bermula dari makan di sebuah tempat pun berlanjut menjadi sebuah pernikahan siri. Pernikahan mereka disembunyikan dari istri pertamanya yang saat itu tengah berjuang melawan kanker. Hingga istri pertamanya meninggal,  pernikahan siri Manis tidak diketahui dari keluarga suaminya. Semua tertutup rapat

Setelah menikah, Manis tinggal di sebuah kontrakan dari kayu ulin berwarna coklat tua. Rumah cantik dengan lantai keramik. Manis saat itu membawa anak perempuannya. Dia sudah tak lagi menjadi pemandu lagu setelah menikah lagi. Pekerjaannya hanya di seputar rumah saja.  Menyapu,  mengepel,  memasak dan mengantar anak ke sekolah. Dan disitulah aku mengenalnya

Tak berapa lama dari kedekatan kami berlima. Suami Manis yang dulu seringkali datang, menjadi jarang datang ke rumah kontrakan.  Ternyata suami Manis sakit parah. Dokter mendiagnosa Cyrosis Hepatis. Uang yang biasanya diberikan buat Manis pun mulai berkurang jumlahnya. Tapi itu tak membuat Manis menjauh dari suaminya itu.  Di saat penyakitnya makin parah itulah, mereka menikah secara resmi.  Setiap hari Manis dengan setia merawat suaminya. Manis yang semula mengontrak,  kemudian disuruh tinggal di rumah besar berwarna putih milik suaminya. Perabot di rumah kontrakannya dijual semua dengan harga murah. Dan kami pun berpisah jarak yang cukup jauh, sehingga tak lagi bisa berjumpa

Saat suaminya dirawat di rumah sakit, untuk pertama kalinya aku dan para sahabatku yang lain berjumpa dengan suami Manis. Seorang pria tergeletak lemah di tempat tidur kamar VIP itu. Tak banyak bicara namun kutahu bahwa dia adalah pria yang menyayangi Manis. Hari - hari Manis yang semula ceria, mulai berawan. Tapi Manis tetaplah Manis yang kami kenal. Dia tak pernah menampakkan kesedihannya, meski kami tahu di dalam hatinya sangat sedih. Setiap hari dia dengan kesabarannya merawat suaminya yang tengah sakit parah itu


Hingga di suatu hari, Manis mengabari kami bahwa suaminya telah meninggal. Siang itu sepulang anak-anak kami sekolah, berempat kami berangkat takziyah. Anak-anak kami ajak serta. Dengan menggunakan taksi, kami berangkat kesana. Lumayan jauh sekitar 25 km.

Rumah putih megah itu sudah mulai ramai didatangi para tamu. Manis tampak duduk di pojokan ruang tamu tanpa seorang pun berbicara dengannya. Hingga kami datang,  barulah dia terlihat tersenyum. Tampak wajah sedihnya. Tanpa dia banyak berbicara, kami tahu apa yang ada di dalam pikirannya. " Bagaimana aku dan anakku nanti " seperti itulah yang terlihat dari wajah cantiknya

Setelah menghiburnya, kami berempat  pulang. Dengan banyak rasa cemas dan juga harapan tentang masa depan Manis dan anaknya

Setelah suaminya meninggal Manis masih tinggal disitu. Sesuai dengan pesan suaminya sebelum meninggal ke kawan dekatnya, Manis diusahakan agar dapat uang pensiun. Sambil menunggu urusan surat selesai inilah, Manis tetap bertahan di rumah itu. Dan disitulah cerita sedih terjadi

Anak pertama dari suami Manis sudah menikah. Bersama suaminya mereka tinggal di rumah itu. Menantunya yang lebih tua dari Manis, seringkali menggoda Manis. Colek sana colek sini. Manis mulai stress. Belum lagi dari anak kandung dan saudara - saudara almarhum suaminya. Ada yang merebut paksa barang yang dimiliki Manis hingga penyiksaan verbal berupa kata-kata sadis tak jarang didengarnya. Manis yang pada dasarnya tak banyak bicara dan tak mudah terbuka pada semua orang itu, mulai frustasi

Semua kesedihan itu diungkapkan Manis saat menginap di rumahku. Ketika itu suamiku pergi keluar kota, kuminta dia datang menginap di rumah. Pikiranku hanya satu saat itu, Manis butuh teman. Manis yang biasanya terlihat segar, kali itu terlihat kusam. Wajahnya terlihat banyak pikiran. Manis bertutur dia ingin semua urusan cepat selesai supaya dia bisa kembali ke kampung halamannya di Jawa


Waktu pun berlalu, Manis kembali ke Jawa.  Dan aku sekeluarga pun pindah ke propinsi sebelah. Berpisah dengan para sahabatku. Sempat tak berkomunikasi beberapa waktu. Tiba-tiba hari itu aku rindu sekali dengan Manis. Kutelpon dia, menanyakan kabarnya. Rupanya Manis sudah tidak tinggal lagi di Jawa. Dia kembali menyeberang pulau. Dan dia tinggal di kota tempatku tinggal saat itu

Karena rindu, kuminta dia datang ke rumah. Manis pun menyetujuinya. Malam itu Manis berkunjung ke rumah. Wajahnya sudah mulai ceria, sudah seperti Manis yang kukenal dulu. Seorang pria muda mengantarkan Manis ke rumah. Manis memperkenalkannya kepadaku, namanya Mas. Seorang pria Jawa yang mempunyai usaha dagang

Manis pun bertutur akan menikah dengan Mas. Jika 2 pernikahan sebelumnya Manis menikah siri. Kali ini dia menikah resmi.  Status Mas yang seorang perjaka, memudahkan pernikahan mereka.  Pernikahan pun digelar, Mas yang semula beragama non Muslim mengikuti Manis. Mas menjadi seorang mualaf. Setelah pernikahannya digelar aku kembali berjumpa dengan Manis di rumah mertuanya. Manis tampak lebih bahagia meski dia cukup lelah mendampingi suaminya berdagang

Aku pun kembali pindah ke pulau lain. Meski begitu kami masih sering menanyakan kabar. Terakhir kudengar Manis sudah memiliki anak dua dari pernikahannya dengan Mas. Manis jauh lebih bahagia


Manis, terima kasih telah diberi kesempatan untuk mengenalmu. Dengan berbagai predikat buruk yang melekat padamu dari orang-orang yang tak mengenal siapa dirimu sebenarnya. Kamu telah mengajarkanku tentang menerima apa adanya. Kamu juga membuktikan kepadaku, bahwa setiap orang yang dianggap buruk oleh sebagian lagi ternyata masih mempunyai hati yang bersih

Tulisan ini kupersembahkan untuk Manis yang telah mengajarkan pelajaran berharga buatku. Meski aku tak lagi bisa berkomunikasi denganmu karena kehilangan kontak. Kuharap engkau dan keluargamu bahagia selamanya

***
Rindu dari jauh untuk kalian semua, sahabat. Yang bahkan hingga ku menulis ini, aku tak tahu nama asli kalian. Para Mama yang akan selalu ada di ingatan. Dari foto - foto yang masih selalu kusimpan rapi itulah aku mengenang cerita kita  ...

* sebuah cerita nyata dari sebagian perjalanan hidupku di pulau seberang *








Share
Tweet
Pin
Share
7 comments

Assalamu 'alaykum, teman. Gimana niy kabarnya ? Mumpung masih ada aura liburan. Di hari yang mendung ini, saya mau cerita gimana pengalaman saya berlibur gratis di Grand Mercure Medan dengan Garuda Miles

" Say, kapan mau liburan di Grand Mercure ?" kata suami bulan Agustus lalu. "Point GFF ada yang mau hangus bulan Oktober ini " lanjutnya. Tengok kalender, saya dan suami memutuskan liburan di awal September saja. Bertepatan dengan liburan panjang Lebaran Idul Adha. Setelah menghubungi Grand Mercure untuk mengecek ketersediaan kamar, kami pun mengambil voucher di Kantor Perwakilan Garuda Indonesia

Disarikan dari beberapa sumber,  Garuda Miles adalah pengembangan dari program Garuda Frequent Flyer ( GFF ) yang diperuntukkan bagi pelanggan setia Garuda Indonesia. Sebagai bentuk loyalty kepada pelanggannya, para pengguna Garuda Frequent Flyer dapat menikmati banyak fasilitas yang disediakan oleh Garuda Indonesia dan penerbangan Sky Team di seluruh dunia. Tak hanya kemudahan dalam penerbangan seperti bagasi tambahan, prioritas baggage handling atau waiting list prority. Dengan jumlah mileage yang terkumpul, para pengguna Garuda Frequent Flyer dapat menukar poin tersebut dengan tiket penerbangan, upgrade kelas dan voucher hotel



Liburan yang dinantikan pun tiba, siang itu kami berangkat ke Grand Mercure Medan yang terletak di jalan Sutomo no 1. Hotel yang dulu mempunyai nama Grand Angkasa ini, sejak 23 November 2016 lalu telah  berubah nama mejadi Grand Mercure Medan setelah dilakukan renovasi. Dibawah management Accor Hotels, Grand Mercure Medan memantapkan dirinya sebagai luxury dan upscale hotel di ibukota Sumatera Utara ini

****

Minuman dingin menyambut di lobby yang cantik

Yeeeey, akhirnya kami pun tiba di hotel Grand Mercure Medan. Eits begitu sampai di lobby hotel mata ini langsung tertuju ke dua buah tempat minum berukuran besar. Sirup markisa dan infuse water dingin benar-benar cocok dengan cuaca yang cukup panas siang itu. Dan seperti biasa anak-anak udah gak sabar pengen minum. Sembari menunggu suami check in kamar, yang ternyata gak lama. " Kamar 512, say " kata suami




Kamar Premier yang luas dan bersih

Kamar Premier no 512 yang menghadap ke arah kolam renang itu ternyata luas. Sekitar 40 m2. Dan kejutan pun dimulai saat membuka pintu kamar. Begitu melihat ke kanan ... e buseeet kamar mandinya dari kaca semua. Ketauan yah ndeso nya saya hahaha. Maklum selama ini gak pernah dapat kamar hotel yang kamar mandinya kaca semua begitu. " Say, ini gimana cara nutupnya ?" tanya saya ke suami. " Nih, kordennya diturunin " kata dia. Ooooo oke - oke. " Say, kalo anak- anak kamarnya terpisah enak ya " sambil ngebisikin suami  -mulai deh nakalnya-

Kamar mandinya bening banget



Cocok buat honeymoon ya





Kamar mandinya bersih banget loh. Bikin nyaman pokoknya. Dengan 2 buah shower, satu berukuran kecil dan satu berukuran kecil. Buat kenyamanan pengunjung, toilet pun dipisah dengan kaca berwarna buram. Jadi gak keliatan kan dari kamar. Telepon darurat pun tersedia disana. Dan gak ada bau-bauan yang mengganggu liburan




Berhubung anggota sudah besar, satu bed tambahan saya pesan buat Kakak ( yang ini bayar sendiri ). " Aku mau ditaruh dekat jendela aja, Ma " kata Kakak. Fasilitas kamar pun oke. Sebuah TV layar datar berukuran besar dengan banyak saluran dan ini yang bikin anak -anak betah setiap kali diajak liburan ke hotel. Printilan kecil seperti hotel toiletries, sandal, air mineral, teh , kopi dan gula jelas tersedia

Langsung disimpan buat tambahan koleksi di rumah

 Hotel untuk Garuda Indonesia Crew menginap

Sebuah daftar menu terlihat di atas meja kamar dengan " Garuda Indonesia Crew ROOM DINING MENU " . Hmmm, mungkin ini menu spesial hotel ini yang biasa dipilih oleh kru Garuda Indonesia. Ada Nasi Goreng Kampung, Mie / Kwetiauw Goreng, Soto Medan dan Sandwich


Dan Sabtu malam sekitar jam 10 itu pun saya berjumpa dengan para kru yang akan check in. Karena gak berani minta foto, ya udahlah saya fotoin mereka dari jauh aja ( agak nyesel juga kan sekarang ). Berhubung masih penasaran, besoknya saya tanya - tanya dengan pegawai hotel. Dan saya pun dapat informasi bahwa ada sekitar 3-4 penerbangan Garuda Indonesia setiap harinya menginap di Grand Mercure Medan. Dengan jumlah kru sebanyak 7 setiap penerbangan. Ada yang masuk siang, sore dan malam

Garuda Indonesia Air Crew saat check in

Pertanyaan besar saya pun terjawab juga disana. Selama ini kan saya suka penasaran tuh, jam berapa siy kru pesawat berangkat ke bandara buat penerbangan paling pagi. Rupanya untuk penerbangan paling pagi jam 05.20, Garuda Indonesia Crew keluar hotel sekitar jam 03.30. Pagi banget yah. Sarapannya gimana kan restoran belum buka ? Sarapan untuk mereka dibawa dari hotel. Ada yang minta sandwich atau mie goreng

Tempat yang cocok buat ketemu kawan

Letak hotel yang tepat di tengah kota itu sangat strategis. Dan karena letaknya itu, saya janjian dengan Mbak Ririn Wandes blogger Medan yang punya blog Melalak Cantik.





Malam minggu itu, saya dan mbak Ririn janjian ketemuan di lobby hotel. Biasa kan ya cewek kalo ketemuan kayak apa. Ngobrol ini ngobrol itu. Pokoknya nyenengin banget deh bisa ketemu sama mbak Ririn di Grand Mercure Medan. Dua gelas minuman segar pun menemani kami. Tapi maaf saya lupa namanya ... hahaha




Sarapan yang enak

Biasanya kalo kami lagi liburan di hotel, sarapan itu sekitar jam 7 ke atas. Nah kali ini sebelum sarapan, saya sengaja turun duluan buat ambil gambar. Mumpung sepi dan masih utuh pikir saya. Jadilah jam 6 pagi saya turun dulu ke Orchid Restaurant. Setelah meminta ijin ke pegawai hotel, untuk masuk saja tanpa sarapan karena ingin mengambil gambar. Mungkin karena liburan, jadi restoran masih sepi sekali. Hanya 2 orang saja saat itu yang sedang sarapan






Sebuah restoran dengan konsep Chinesse Modern ini terkesan homy banget. Warna lampu redup dengan lampion warna warni terlihat mempercantik restoran. Menu yang dihadirkan oleh Orchid Restaurant Grand Mercure Hotel pun terbilang cukup beragam

Ada hidangan Jepang seperti mini sushi, makanan tradisional Indonesia seperti arsik ikan khas Sumatera Utara, lontong Medan, roti- rotian dengan berbagai isi serta olesan, aneka rupa sereal yang pastinya disukai anak-anak, jajanan tradisional, mini sandwich dan bakso pun tersedia di restoran ini

Jika biasanya di tempat lain hanya tersedia satu jenis bubur. Di restoran ini tersedia 3 jenis bubur. Bubur ayam, ikan dan plain. Kerupuk dan sambal pun demikian. Buat penyuka buah, restoran ini menyediakan beraneka buah, salad dan jus buah segar yang langsung dibuat loh












Melihat aneka rupa makanan yang menggoda selera itu. Saya balik lagi ke kamar. " Ayo sarapan sekarang aja " kata saya ke anak-anak dan suami. Sempat ada drama dengan si kecil yang pengennya berenang dulu sebelum sarapan. Akhirnya mamanya yang menang ... hahaha





Ternyata gak cuman tampilannya yang cantik loh. Sarapan di Grand Mercure Medan emang enak. Hampir semuanya saya dan keluarga suka. Baksonya enak, nasi gorengnya juga, buburnya iya, ikan arsik yang dimasak modern pun enak juga, saladnya saya suka banget Kecuali mini sushinya, mungkin karena gak terbiasa dan gak dikasih apapun seperti kecap dan wasabi. Jadi aneh aja buat kami ... hahaha

Alunan Musik Batak terdengar mengalun

Kalau biasanya saya mendengar dari alunan piano atau biola di lobby hotel. Nah di Grand Mercure Medan ini, saya justru mendengar alunan musik tradisional Batak di lorong depan kamar dan di halaman parkir. Sungguh nuansa yang berbeda


Dari speaker itu, alunan musik Batak juga terdengar di halaman parkir dan trotoar

Kolam renang yang luas dan air bilas yang hangat

Yang dicari anak-anak saat menginap di hotel adalah kolam renang. Gak sah kayaknya liburan ke hotel tanpa berenang. Grand Mercure Medan ini mempunyai kolam renang yang cukup luas. Ada 2 area kolam, yakni dewasa dan anak. Adik yang suka banget kalo diajak berenang, begitu sampai hotel langsung minta ke kolam renang. Gak cukup sekali, besok paginya minta lagi



Kolam renang di Grand Mercure Medan cukup nyaman buat keluarga berenang. Selesai berenang, air bilasnya lumayan hangat jadi badan gak kaget. Cuman kekurangannya menurut saya, kolam renangnya terkesan gersang. Meski ada beberapa tanaman disana, namun masih kurang menyejukkan pandangan. Mungkin kedepannya pihak hotel akan menata lagi kolam renangnya agar lebih adem dipandang mata

Pelayananan yang ramah

Ini salah satu yang saya suka dari Grand Mercure Medan. Hotel ini melayani dengan ramah. Memang kebanyakan hotel yang saya pernah menginap, ramah juga tapi ada yang berbeda dari hotel Grand Mercure Medan ini

Seperti saat kami sarapan, seorang pegawai disana menawarkan kami teh atau kopi sembari menanyakan bagaimana makanannya enak atau tidak dan bagaimana kamarnya. Hal yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Lalu saat saya bertanya banyak hal ke resepsionis pagi itu tentang hotel ini, dijawab dengan ramah dan informatif

Keramahan lain yang saya ingat salah satunya adalah ketika hendak turun. Tiba- tiba dari dalam kamar yang saya lewati, seorang petugas menyapa saya dengan senyuman " Selamat siang ". Baru saya ngeh ternyata petugas itu sedang membersihkan kamar yang kosong



Pun ketika berjumpa dengan petugas di lift, saya bertanya tentang kamar paling mahal di Grand Mercure Medan. Bapak itu menjawab dengan baik. Dari beliau, saya akhirnya tahu bahwa kamar paling mahal di Grand Mercure Medan terdapat di kamar 1108. Yang mempunyai fasilitas 4 kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Biasanya keluarga besar atau para pejabat yang menyewa kamar itu. Cuman sayang kemarin saya gak kepikiran pengen liat

****

Kalau saya disuruh memberi nilai, saya akan berikan nilai 8,5 buat Grand Mercure Medan. Hotel ini bisa jadi tempat berlibur yang menyenangkan buat keluarga dan tempat beristirahat buat tamu dari luar kota. Dan kamar premier cocok banget buat bulan madu dengan pasangan ... tempatnya romantis banget

Terima kasih untuk Garuda Miles atas liburan gratisnya dan Grand Mercure Medan. Semoga kelak bisa berlibur kembali bersama Garuda Miles dan Grand Mercure Medan




Share
Tweet
Pin
Share
18 comments
Newer Posts
Older Posts

About Me

About Ibu Dila

Seorang istri dan ibu 2 anak yang belajar kehidupan dari setiap jejak langkah di negeri ini.

Search This Blog

Postingan Populer

  • Mengurus Pindah Sekolah Anak ke Luar Kota ( Berdasarkan Pengalaman Pribadi )
    Pindah lalu tinggal dan hidup di beberapa kota bukan lagi hal baru buat saya dan keluarga. Hari ini saya akan berbagi tips bagaimana memili...
  • Jalan-jalan Minggu ke Bagan Percut
    Pasar Ikan Bagan Percut, Deli Serdang Suami sudah beberapa kali mengajak saya ke Bagan Percut. Tapi entah selalu saja belum ter...
  • Museum Perkebunan Indonesia, Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Depan
    Museum ? Saya suka sekali dengan museum. Kali ini kunjungan kami sekeluarga adalah ke Museum Perkebunan Indonesia Museum yang terl...
  • Seseruan Bermain di Taman Budaya Resto, Tanjung Morawa
    Restoran ini jaraknya dekeeet banget dari rumah. Nyomot perkataan kawan saya , resto ini tetangga sebelah rumah aja. Padahal udah setahun ...
  • Buka puasa di Pondok Telaga Ikan, Kuala Namu
    Mulai awal minggu lalu pas papanya luar kota, pengen banget makan di luar. Pengen ini pengen itu tapi apa daya gak bisa nyetir *makan...

Follow Us

  • Facebook
  • Instagram
  • Google Plus

Categories

  • Banjarmasin
  • Jakarta
  • keluarga
  • kuliner
  • Lebaran
  • liburan
  • lomba blog
  • Medan
  • mudik
  • My Story
  • Novel
  • Pekanbaru
  • Review
  • Semarang

Hai, saya ingin jadi kawan kalian. Ikuti ceritaku yuk...

Blog Archive

  • August (1)
  • July (1)
  • May (2)
  • April (1)
  • March (3)
  • February (3)
  • January (3)
  • December (7)
  • November (11)
  • October (9)
  • September (5)
  • August (5)
  • July (5)
  • June (9)
  • May (8)

Member of Blogger Perempuan

Member of Blogger Perempuan

Member Of Kumpulan Emak Blogger

Member Of Kumpulan Emak Blogger
Instagram Facebook

Created with by ThemeXpose

Customized with by DuniaQtoy