Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini . Powered by Blogger.
  • Home
  • Contact Me
  • About Me
  • Category
    • KULINER
    • LIBURAN
    • LOMBA BLOG
Facebook Google Plus Instagram

Ibu Dila

Setiap langkah adalah berharga

Sumber gambar : RahmatGallery. Com ( digambar ulang dengan Pic Art dan font Cymera )

Hai,  temans

Tulisan saya kali ini adalah kolaborasi pertama saya dengan Mbak Dira Indira. Seorang Perfectionist Mom dari Surabaya

Dan hastag kami adalah #CeritaDilaDira.  Aduh pakai bikin hastag segala, berasa celeblog aja ... Hihihi

Cerita perdana yang akan kami bagikan kali ini adalah museum Ter Wowww dari daerah kami masing - masing. Mbak Dira di Surabaya dan saya di Medan

Oke kita langsung cuss ya ke kota saya, Medan ...
***
Medan ibukota Sumatera Utara ini mempunyai museum yang gak ada di kota lain. Namanya Rahmat International Wildlife Museum and Gallery. Dan orang lebih mengenalnya dengan Rahmat Gallery

Rahmat Shah, pendiri Rahmat Gallery Medan ( sumber gambar : GembiraLokaZoo ) 
Pemilik museum paling terkenal di Medan ini adalah Rahmat Shah. Orangtua dari artis cantik  Rahline Shah. Pasti kalian kenal kan artis sekaligus bintang iklan salah satu merek shampoo itu ?

Apa siy yang bikin museum ini jadi Ter Wowww di Medan, seantero negeri ini dan bahkan Asia ?

Melalui laman resminya, Rahmat International Wildlife Museum and Gallery adalah satu-satunya museum di Asia dengan koleksi kurang lebih 2000 spesies binatang dari berbagai negara. Koleksi binatangnya pun mulai dari ukuran yang terkecil hingga yang terbesar

Museum yang diresmikan pertama kali di tahun 1999 ini memiliki luas sekitar 3000 meter persegi terdiri dari 3 lantai dan beberapa zona pamer 


Prasasti yang menjelaskan bagaimana museum ini mendapatkan koleksinya 
Rahmat Gallery Medan didirikan oleh Rahmat Shah karena kecintaannya pada dunia satwa dan konservasi. Hampir semua dari koleksinya adalah hasil buruan legal atau resmi. Rahmat Shah adalah seorang penggemar olahraga berburu, pecinta alam dan konsevasionis. Kecintaannya pada kelestarian alam dan konservasi membuat beliau mendirikan museum ini 

Museum yang terletak di jalan Katamso no 309 Medan ini buka dari jam 09.00-17.00

Dengan harga tiket masuk:

- Anak 3 - 12 tahun  : Rp 40.000
- Dewasa                  : Rp 50.000
- Pelajar                    : Rp 25.000  ( minimal 25 orang )
- Internasional         : Rp 150.000 


Kunjungan kedua saya dan anak-anak ke Rahmat Gallery di akhir tahun 2016 
Rahmat Gallery Medan memamerkan berbagai jenis spesies satwa yang telah diawetkan dan berbagai koleksi pribadi milik Rahmat Shah. Seperti koleksi berbagai macam batu permata, piala hasil kejuaraan, foto dengan para tokoh terkenal dan lain sebagainya


Batu permata yang cantik 
Koleksi batu 
Untuk koleksi satwa yang dipamerkan, Rahmat Gallery Medan membaginya dalam berbagai zona di bangunan berlantai 3 itu

Ada African Big Five yang berisi hewan berukuran besar dari Afrika seperti Gajah Afrika, Badak Putih,  Banteng Afrika, Singa dan Macan Tutul



Terdapat juga zona Cats of The World, disitu kita bisa mengetahui perbedaan kucing besar dan kucing kecil. Serta beberapa kucing ternyata dapat tumbuh lebih besar daripada macan


Perbedaan kucing berukuran besar dan kecil
Bear Room adalah area yang baru ditambahkan pada 2016 lalu. Area dengan warna dominan putih ini membawa pengunjung seolah berada di kutub utara


Bear Room
Buat yang ingin merasakan sedikit tantangan, Rahmat Gallery Medan juga menyediakan Zona Night Safari. Sebuah area yang disediakan dalam ruangan khusus. Didesain dengan warna gelap, lampu temaram seperti di dalam hutan malam hari, suara singa mengaum dan tak lupa hewan-hewan yang diletakkan sedemikian rupa. Cukup membuat pengunjung deg-degan jika masuk sendirian


Sebuah gunung buatan berukuran cukup lumayan berdiri di lantai 1 hingga lantai 2.  The Goats of Mountain nama area itu. Kambing gunung yang telah diawetkan diletakkan disana dengan tatanan yang cantik seolah sedang memanjat gunung seperti di alam aslinya 




Terdapat juga zona binatang reptil. Dari ular, biawak, iguana hingga buaya berukuran besar sekali. Tak lupa juga berbagai koleksi telur dari yang berbagai unggas dan reptil

Koleksi hewan di Rahmat Gallery Medan tak hanya hewan berukuran besar. Bahkan hewan berukuran kecil seperti kupu, serangga hingga nyamuk pun dipamerkan disana 



Nyamuk ? Iya, nyamuk. Tidak perlu khawatir, pihak Rahmat Gallery Medan menyediakan lup khusus untuk pengunjung supaya bisa melihat nyamuk dengan leluasa 


Rahmat Gallery Medan adalah salah satu tempat wisata edukasi yang cocok untuk anak 

Kelihatan kan nyamuknya 
Kupu - kupu dan serangga yang dipamerkan di Rahmat Gallery Medan ini didatangkan juga dari berbagai negara.  Dengan warna warni yang menarik dipandang, kupu-kupu dan serangga ini dipamerkan dalam pigura kaca 


Dan masih banyak lagi zona menarik di Rahmat Gallery Medan ini 

Yang membedakan dan membuat Rahmat Gallery Medan ini berbeda dengan kebanyakan museum yang memamerkan hewan adalah hewan-hewan yang dipamerkan disana ditata dengan sedemikian rupa seperti di alam aslinya. Lengkap dengan ekspresi hewan itu saat masih hidup 

Saya suka sekali dengan pasangan hewan ini
Sebuah perpustakaan dan penjualan souvenir juga tersedia bagi pengunjung. Souvenir yang bisa dibeli bermacam jenis. Ada gantungan kunci, buku tentang satwa dan alam, baju dan lain - lain 



Buat anak - anak, area perpustakaan dan penjualan souvenir adalah tempat yang sangat menarik bagi mereka. Tak hanya bisa beristirahat di kursi warna warni yang disediakan. Anak-anak juga bisa menikmati sebuah akuarium berukuran besar yang diisi ikan yang banyak sekali



Anak perempuan juga pasti senang disana, terdapat beberapa buah boneka Teddy Bear berukuran besar yang diletakkan di area perpustakaan dan penjualan souvenir Rahmat Gallery Medan ini.  Buat yang suka boneka, pasti tidak mau membuang kesempatan buat berfoto bersama Teddy Bear itu 
Rahmat Gallery Medan, di tahun 2016 kemarin juga menambahkan area baru. Salah satu yang juga menarik perhatian pengunjung adalah lantai kaca yang diisi cangkang kerang dan pasir pantai

Lantai kaca ini juga menjadi salah satu spot foto favorit pengunjung 



Buat kalian yang ingin berkunjung ke Rahmat Gallery Medan, ada hal yang wajib kalian patuhi :

 - Jangan memotret dengan menggunakan blits. Kenapa ? Karena lampu blits kamera dapat merusak warna dan bulu dari koleksi hewan di Rahmat Gallery ini 

- Jangan menyentuh koleksi yang dipamerkan. Sama seperti penggunaan blits, sentuhan pengunjung secara sembarangan bisa merusak koleksi hewan di Rahmat Gallery Medan 

- Simpan selalu tiket masuk hingga kalian keluar. Tiket ini berfungsi untuk membuka pintu keluar setelah selesai berkunjung 


***
Rahmat Gallery Medan tak hanya tempat wisata saja. Tapi juga sebagai sarana belajar buat para pengunjungnya. Seperti pesan dari pendirinya " Lestarikan Flora dan Fauna. Alam telah memberikan kehidupan pada kita maka kita wajib memberikan kehidupan pada alam "


Rahmat Shah ingin menunjukkan bahwa apa yang dilakukannya melalui museum dan yayasan pribadinya meski kecil tapi ada, nyata dan berharga

***
Udah dulu ya temans, ceritaku dari Medan. Aku tunggu kedatangan kalian ke Medan 

Dan jangan lupa, tunggu keseruan kami berdua di  #CeritaDilaDira selanjutnya. Bye 😘😘😘






Tambahan foto, supaya teman semua makin penasaran dengan Rahmat Gallery Medan ☺☺ :



















Share
Tweet
Pin
Share
22 comments

Kutipan itu pernah saya baca beberapa waktu lalu. Saya lupa dimana pernah membacanya. Tapi saya suka sekali dengan kutipan itu

Seorang penulis tentunya berharap, tulisannya akan dibaca banyak orang dan diingat oleh pembacanya

Yang akan saya ceritakan ini adalah ketika saya menjadi seorang pembaca, tanpa mengenal siapa yang menulis. Tapi saya ingat apa yang ditulisnya. Dan akhirnya saya bisa menemukan penulisnya serta berjumpa secara langsung

***
Dulu, sebelum saya menulis di blog. Saya termasuk sering mencari sebuah informasi dari berselancar di dunia maya. Informasi yang saya cari terkadang ditulis oleh seorang blogger di blog pribadinya

Dan inilah cerita saya, sampai akhirnya bisa berjumpa dengan penulis blog yang justru kenal dari tulisannya terlebih dahulu

- Mbak Ririn Wandes Lubis -

Saya mengenal tulisan Mbak Ririn pertama kali saat saya mencari informasi tentang sebuah tempat wisata yang saat itu sedang kekinian di Medan

Ketika saya mencari informasi itu, saya belum menulis di blog dan bahkan belum ada keinginan menjadi blogger. Tetapi ada satu hal yang akhirnya membuat saya terkenang dengan tulisan Mbak Ririn di Melalak Cantik. Di tulisan Mbak Ririn disebutkan bahwa tempat wisata yang ingin saya datangi, saat itu tidak memperkenankan pengunjungnya membawa kamera selain kamera telepon genggam. Sebagai orang yang suka mengambil gambar, informasi itu sangat tidak menyenangkan buat saya

Melihat template Mbak Ririn yang menarik, gaya penulisannya dan tampilan foto yang kece. Saya tidak berhenti di satu tulisan Mbak Ririn. Dan saya pun mengintip profil Mbak Ririn saat itu. " Wah kece juga niy fotonya. Keren gayanya " pikir saya. Nama lengkap Mbak Ririn Wandes Lubis pun langsung terekam dalam memori

Sebulan kemudian saya mulai menulis di blog, setelah hampir setahun hanya berkutat dengan tulisan di facebook. Saya pun bergabung di Blogger Perempuan

Tak disangka, saya menemukan nama Mbak Ririn saat para anggota blogger membagi linknya. Saya pun dengan antusias mengomentari tulisan Mbak Ririn. Saya senang sekali bisa menemukan Mbak Ririn

Saking hebohnya saya bertanya ini itu, saya lupa kalau itu di grup. Akhirnya Mbak Ririn mengajak saya bicara japri. Aduh, tambah senang hati saya. Mbak Ririn rupanya ramah sekali. Saya sebagai blogger yang baru beberapa hari saat itu, merasa diperhatikan

Pertemuan pertama dengan Mbak Ririn, Melalak Cantik 
Saya pun akhirnya bisa berjumpa langsung dengan Mbak Ririn. Awal perjumpaan di sebuah restoran cepat saji, disitu saya mulai mengenal istilah dalam dunia blog dari Mbak Ririn. Tentang apa yang pernah dilaluinya.

Pertemuan pun tak hanya terjadi sekali.  Yang kedua kali di sebuah acara susu ibu hamil. Dan yang ketiga, kami janjian berjumpa di sebuah lobby hotel saat saya staycation

Mbak Ririn sangat baik dan mau berbagi pengalaman dengan saya

- Mbak Mollyta Mochtar -

Tulisan Mbak Molly pertama kali saya baca, saat saya memulai hobi saya mengumpulkan hotel toiletries di awal 2015. Jauh sebelum saya menulis di blog.  Saat itu saya ingin tahu, apa ada orang di luar sana mengumpulkan benda gratisan dari hotel itu. Begitu saya menemukan tulisan Mbak Molly, saya langsung mengucap syukur dalam hati " Alhamdulillah, ternyata ada orang yang juga suka dengan hotel toiletries. Berarti saya bukan orang aneh " Hahaha ...

Tapi saat itu saya belum tahu siapa yang menulis

Hingga kemudian, Mbak Nuniek Tirta menulis sebuah postingan di facebook yang saat itu menjadi viral. Saya pun kepo. Siapa siy Mbak Nuniek Tirta

Scroll ... Scroll di dinding facebook Mbak Nuniek Tirta. Sampai saya melihat sebuah postingan, Mbak Nuniek menulis akan pergi ke Medan dan mencari blogger Medan. Dari semua komentar itu, hampir sebagian besar menjawab Mollyta Mochtar

Siapa ya Mollyta Mochtar ? Pikir saya

Saya pun searching di dunia maya." Lah ... Ini kan yang waktu itu menulis hotel toiletries " pikir saya

Dan dari situ saya teringat nama Mbak Mollyta Mochtar

Pertemuan pertama dengan Mbak Molly 
Beberapa waktu lalu, saya pun bertemu Mbak Molly untuk pertama kalinya di sebuah acara. Aduh, rasanya senang sekali. Cukup seringnya saya berinteraksi dengan Mbak Molly di sosial media sebelumnya. Membuat pertemuan pertama saya dengan Mbak Molly, berlangsung akrab. Ditambah sosok Mbak Molly yang ternyata sangat ramah membuat saya nyaman

Dalam pertemuan pertama kami itulah, saya akhirnya mengetahui bahwa Mbak Molly mulai menulis di blog pada usia 40 tahun. Sebuah usia yang menurut saya tidak lagi muda

Itu yang menyemangati saya, setelah sebelumnya saya sempat berpikir terlambat ketika saya mulai menulis di blog baru pada usia 37 tahun

***

Dari kedua blogger yang saya temukan lewat tulisannya terlebih dahulu, saya belajar banyak hal. Bahwa apa yang mereka raih saat ini tidaklah mudah. Dan tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar. Segala sesuatu jika dikerjakan dengan kesungguhan hati akan menuai hasil. Kecintaan mereka terhadap dunia penulisan, akhirnya membawa mereka ke pencapaiannya saat ini. Semuanya melalui sebuah proses

Hingga tulisan dan nama mereka diingat oleh penikmat tulisannya, seperti saya

Jika saya sebagai pembaca menemukan mereka lewat tulisannya. Saya juga punya impian. Kelak ada orang yang menemukan saya lewat tulisan saya. Aamiin 

Selain Mbak Ririn dan Mbak Molly, masih ada 2 nama blogger lagi yang saya kenal terlebih dahulu lewat tulisannya. Mudah - mudahan suatu saat saya bisa berjumpa dengan mereka. Siapa mereka ? Hmmm ... 😊😊😊



Semua infografis dibuat dengan menggunakan Pic Art dan Cymera  



Share
Tweet
Pin
Share
35 comments
Parnab / Parnasi Babi sedang mengambil sisa nasi dan sayur ( sumber gambar : Sumatera Link, diedit dengan Snapseed dan Font dari Cymera ) 

Hai,  temans. Kali ini saya mau cerita tentang pemandangan unik yang hampir selalu saya temui di  depan rumah. Kenapa saya bilang unik ? Karena baru di Medan ini, saya menemui pemandangan seperti itu

***

Hampir tiap pagi, plastik sampah di depan rumah saya dibuka oleh orang. Tidak hanya 1 orang saja yang melakukannya. Tetapi ada beberapa orang, secara bergantian. Kadang Ibu A yang datang hari ini. Besoknya Opung B yang datang. Kalau tidak salah ada 4 orang yang suka membuka tempat sampah saya

Awalnya saya tidak memperhatikan apa yang mereka ambil. Lama-lama saya perhatikan, barang bekas seperti botol atau kaleng masih ada di tempat sampah. Lalu apa yang diambil ya, pikir saya

Tas kresek isi sampah saya yang dibuka oleh mereka, sempat bikin saya penasaran. Oleh tetangga, saya diberi tahu bahwa orang tersebut bukan memulung barang bekas. Tetapi mencari sisa nasi dan sayur

Kenapa memulung sisa nasi dan sayur busuk ? Bukankah lebih menguntungkan mengambil barang bekas seperti botol dan kaleng

Ternyata orang-orang tersebut memulung sisa nasi dan sayur untuk makan ternak babi mereka. Biasanya mereka disebut Parnab ( Parnasi Babi ) atau ada juga yang menyebut Pencari Nasi Babi 

*** 

Di Medan, terutama daerah pinggiran mudah ditemui peternak babi. Mereka tinggal di kampung, yang mempunyai lahan cukup luas.

Kemarin saya sempat ngobrol dengan salah seorang Opung yang biasa memulung di kompleks. Dari pembicaraan itu, saya tahu bahwa selain sisa nasi dan sayur itu dipakai untuk campuran makanan babinya. Sisa nasi dan sayur itu dicampur dengan dedak. Atau bisa juga dicampur dengan potongan kangkung, keladi atau batang pisang yang telah dicincang

Tujuan peternak babi, mencampur sisa nasi dan sayur dengan dedak adalah untuk menghemat biaya pakan ternaknya

Opung itu sendiri di rumahnya memiliki 7 ekor babi. Untuk harga jualnya, per kilo daging babi dijual dengan harga 30 ribu

Nasi yang diambil Opung di tempat sampah kompleks

Sebenarnya kemarin saya meminta ijin Opung itu mengambil gambarnya. Tapi perempuan berusia sekitar 60 tahun itu, tidak mengijinkan diambil gambarnya. Alasannya, malu dengan saudaranya yang merantau di Jawa

" Jangan sampai saudaraku disana tahu aku ini orang susah" itu katanya

***

Pemandangan orang mengambil sisa nasi dan sayur di tempat sampah, juga mudah ditemui di pasar. Dimana ada tumpukan sayur busuk yang dibuang, pasti ada orang yang akan mengambilnya

Atau tumpukan sampah yang dibuang di jalan raya. Sisa nasi itu diambil siang atau malam hari. Dan tak sedikit Parnab ini menggunakan kendaraan yang sudah dimodifikasi menjadi seperti gerobak motor. Dan kendaraan itu digunakan untuk mengangkut barang

Parnab menggunakan gerobak motor untuk berkeliling mencari sisa nasi dan sayur ( sumber gambar : ICW Investigasi )

Tong bekas tempat cat biasanya menjadi tempat mereka menyimpan sisa nasi dan sayur yang diambilnya itu

Beberapa Parnab memilih untuk mengambil sisa nasi dan sayur saja. Tetapi ada yang selain mencari sisa nasi dan sayur, mereka juga mengumpulkan barang bekas. Atau BOTOT ( dibaca : butut ) demikian orang Medan menyebutnya

Sekali dayung, satu dua pulau terlampaui

Biarpun apa yang dilakukan Parnab ini terlihat jorok, namun tak jarang dari mereka mempunyai anak-anak yang sukses di perantauan  

Udah dulu ya, cerita tentang Parnab di Medan ini. Tunggu cerita menarik lainnya yang akan saya bagi disini   ðŸ˜ŠðŸ˜Š








Share
Tweet
Pin
Share
9 comments

Sabtu kemarin, saya meminta suami untuk mengantar ke sebuah rumah kuno peninggalan Belanda. Berawal dari rasa penasaran saya, setelah melihat foto rumah kuno itu di IG @taukotembung sehari sebelumnya ( padahal postingannya udah di awal November ini)

Semenjak tinggal di Medan 3 tahun lalu, kesukaan saya terhadap hal - hal berbau vintage makin menjadi

Sebuah foto rumah panggung berarsitektur Melayu campur Eropa, milik PTPN 2 membius saya sejak pandangan pertama

***

Setelah menjemput si kecil di sekolah. Kami bertiga meluncur ke lokasi rumah kuno peninggalan Belanda itu

Ternyata lokasinya cukup mudah ditemukan, berbekal GPS kami pun sampai di rumah kuno yang tepat berada di Jalan Tembakau, Batang Kuis - Kabupaten Deli Serdang itu

Si kecil lah yang pertama kali melihat rumah kuno itu,  " Mi,  itu rumahnya ". Suami awalnya sempat ragu saat ingin turun. " Udahlah, gak usah. Kamu ambil gambar dari luar aja " katanya

Kami pun sudah sempat putar balik di dekat perlintasan kereta api. Hingga akhirnya, saya dan si kecil berhasil merayu suami. " Tuh, ada mobil Pajero nya kok di bawah rumah. Berarti ada orangnya kan " kata saya.  Si kecil pun semangat sekali menjawab " Iya, Ma. Ada tuh "

Sempat berhenti lama di depan rumah itu, saya meminta suami memarkirkan kendaraan di Kantor PTPN 2 Kebun Bandar Klippa yang terletak tepat di seberang rumah kuno itu

Kantor Kebun Bandar Klippa, tempat kami parkir kendaraan
Dua orang penjaga tampak di depan kantor, saya pun bertanya apakah boleh saya melihat rumah kuno itu dari dekat. " Sebentar ya,  saya tanya ke kantor dulu " kata seorang penjaga

Tak lama kemudian dari pintu kantor, tampak seorang pegawai keluar bersama bapak penjaga tadi.  " Boleh, mbak " kata penjaga itu

" Makasih,  sudah diijinkan masuk Pak " kata saya ke pegawai kantor tersebut yang akhirnya saya ketahui beliau adalah sekretaris manajer Kantor Kebun Bandar Klippa PTPN 2

" Tapi jangan masuk ke dalam rumah ya " pesan beliau. " Iya,  Pak " jawab saya

Pak Gantong, demikian nama penjaga tadi. Alhamdulillah Pak Gantong bersedia menemani kami masuk melihat rumah kuno itu

Pak Gantong, lelaki keturunan Jawa yang sudah bekerja selama 26 tahun sebagai keamanan di PTPN 2. Beliau adalah generasi ketiga, saat Kakeknya dibawa oleh Belanda dari Jawa ke Sumatera sebagai pekerja perkebunan . Pak Gantong ramah sekali dan komunikatif sehingga membuat kami nyaman selama disana 

Rumah kuno yang akan saya lihat itu hingga saat ini masih menjadi rumah dinas yang ditempati oleh Manajer Kebun Bandar Klippa PTPN 2

Saya juga pernah loh berkunjung ke Puri Tri Adiguna Tanjung Morawa milik PTPN 2, tempatnya seperti apa. Yuk klik disini

***

Kebun Bandar Klippa PTPN 2, dahulunya adalah salah satu kebun penghasil tembakau Deli yang populer di mata dunia itu. Namun setelah era reformasi, banyak lahan perkebunan yang diserobot oleh masyarakat. Tampak dari banyak sekali bangunan baru yang dibangun di atas area milik PTPN 2 itu. Seperti rumah atau juga ruko

Kebun yang tersisa saat ini, sudah tidak lagi ditanami tembakau Deli. Dan diganti oleh tanaman kelapa sawit

***

Tanaman Pucuk Merah tersusun rapi di halaman yang luas itu, terlihat menyambut siapa pun yang datang

Pucuk merah berjajar rapi 
Sebuah rumah panggung dengan desain  Melayu dan kolonial Belanda itu, berada di tengah halaman. Tahun berapa dibangunnya ? Entah, tidak ada data yang pasti. Kemungkinan di awal tahun 1900 an

Rumah kuno bercat putih ini, tampak menarik buat saya. Tampak tangga di bagian samping rumah menuju balkon. Kaca dan jendela besar khas kolonial Belanda juga terlihat di berbagai sudut





Dari bagian samping lainnya, terlihat sebuah bangunan mirip garasi yang dipisah oleh sekat. Menurut Pak Gantong, itu adalah garasi dan tempat mengambil minyak untuk bahan bakar mobil dinas

Selasar lorong penghubung rumah utama dengan garasi  

Garasi 
Tampak selasar lorong mirip rumah sakit menghubungkan rumah utama dengan garasi itu

Kami pun berpindah ke belakang rumah utama. Masih tampak jendela dan sebuah pintu menghubungkan dengan bagian bawah panggung. Tangga juga terlihat di bagian belakang rumah

Bagian belakang rumah 

Sebuah balkon di samping rumah menarik hati saya. " Foto disini, Mb. Cantik loh " kata Pak Gantong

Tetapi saya lebih tertarik untuk naik ke atas balkon itu dulu. Berdua dengan si Kecil, kami menaiki tangga yang terbuat dari ubin warna coklat dan kuning itu satu persatu

Bukan Noni Belanda ... Piss 

Teras cantik 

Saya suka sekali di teras samping ini, pemandangannya keren. Khayalan saya melayang membayangkan bagaimana saat Belanda masih disitu 

Wow, pemandangannya cantik dari sini. Dari atas balkon, saya membayangkan mungkin dahulu tanah lapang  itu ramai dengan orang Belanda yang bermain bersama anaknya. Kereta kuda mereka berhenti disana. Sebuah pasar malam  pernah diadakan disana. Atau di lapangan itu mungkin juga pernah menjadi background foto orang Belanda bersama keluarga mereka

Saya pun turun bersama si Kecil menyusul suami dan Pak Gantong yang sedang berbicara di bawah rumah panggung

Dua buah tangga terlihat di bagian kanan dan kiri rumah. Pilar-pilar berwarna putih ala rumah panggung, tersusun di bagian bawah rumah

Pilar khas rumah panggung 

Di bawah sini terasa adem

Tangga menuju rumah utama 

" Dulu disini banyak pembantunya, itu kamar-kamarnya" lanjut Pak Gantong sambil menunjukkan beberapa ruangan kecil di bawah panggung

Kamar pembantu jaman dulu 
" Diatas ada apa, Pak? " tanya saya sambil menunjuk ke atas tangga. " Naik aja, gak papa kok " kata Pak Gantong.  Saya pun kemudian naik ke atas sendiri. Ternyata di samping tangga terdapat sebuah teras yang memiliki banyak jendela. Sebuah pintu terlihat yang menghubungkan ke dalam bagian rumah

Teras atas 

Saya membayangkan di jaman dulu, orang Belanda minum kopi di teras atas 
Berapa jumlah kamar di atas ? Pak Gantong pun tidak bisa menjawab dengan pasti. Yang jelas jumlahnya tidak sedikit. Saya pun tidak diperkenankan masuk ke dalam rumah

Puas berfoto di atas, saya pun turun. Dan kembali ke halaman depan

***
Saat hendak keluar, sebuah alat berbahan stainless steel menarik perhatian saya. " Apa itu, Pak Gantong? " tanya saya. " Alat ukur curah hujan, Mbak " jawab Pak Gantong

Si kecil yang penasaran dengan alat pengukur curah hujan 
Menurut Pak Gantong, alat pengukur curah hujan ini sampai sekarang masih digunakan. Petugas penjaga disana wajib melapor setiap kali hujan kepada BMKG. Dan alat ini sebagai tolak ukur, untuk melihat kebun kelapa sawit terkena banjir atau tidak

Selesai melihat alat pengukur curah hujan itu, kami pun memutuskan kembali ke parkiran dan pulang

Terima kasih, Pak Gantong sudah menemani kami melihat rumah indah itu.
***

Saya pribadi, suka sekali dengan rumah itu. Sayang kurang dirawat. Suami yang awalnya tidak mau masuk, ternyata juga menikmati petualangan kecil kami kemarin. Si Kecil ? Antusias sekali disana. Bertanya ini itu. Sebuah proses belajar yang menyenangkan untuk si Kecil

Boleh dong saya bermimpi, seandainya rumah itu lebih dirawat dan halaman luas di depannya dipercantik disertai dengan keceriaan anak - anak bermain di luar.  Lampu warna warni menghiasi rumah di malam hari. Wow, pasti menyenangkan sekali

Jalan ini tahun depan, akan menjadi jalan tol  😥
Tapi yang menyedihkan, saya mendengar dari Pak Gantong bahwa sebagian halaman dari rumah kuno itu akan menghilang tahun depan. Untuk dibuat jalan tol.  Ah,  sedihnya saya mendengar itu. Kenapa pembangunan seringkali menghapus kenangan masa lalu ...

Semoga kelak, kelak rumah cantik itu masih bisa dinikmati oleh generasi mendatang

Buat teman-teman yang ingin berkunjung kesana. Silakan aja. Tapi jangan lupa ijin ya. Soal angker atau gak ? Saya siy percaya, selama niat kita baik. In sya'a Allah akan dijaga oleh Sang Pemilik Kehidupan  

Sampai jumpa lagi di petualangan saya berikutnya. Salam 😊😊












Share
Tweet
Pin
Share
20 comments
Newer Posts
Older Posts

About Me

About Ibu Dila

Seorang istri dan ibu 2 anak yang belajar kehidupan dari setiap jejak langkah di negeri ini.

Search This Blog

Postingan Populer

  • Mengurus Pindah Sekolah Anak ke Luar Kota ( Berdasarkan Pengalaman Pribadi )
    Pindah lalu tinggal dan hidup di beberapa kota bukan lagi hal baru buat saya dan keluarga. Hari ini saya akan berbagi tips bagaimana memili...
  • Jalan-jalan Minggu ke Bagan Percut
    Pasar Ikan Bagan Percut, Deli Serdang Suami sudah beberapa kali mengajak saya ke Bagan Percut. Tapi entah selalu saja belum ter...
  • Museum Perkebunan Indonesia, Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Depan
    Museum ? Saya suka sekali dengan museum. Kali ini kunjungan kami sekeluarga adalah ke Museum Perkebunan Indonesia Museum yang terl...
  • Seseruan Bermain di Taman Budaya Resto, Tanjung Morawa
    Restoran ini jaraknya dekeeet banget dari rumah. Nyomot perkataan kawan saya , resto ini tetangga sebelah rumah aja. Padahal udah setahun ...
  • Buka puasa di Pondok Telaga Ikan, Kuala Namu
    Mulai awal minggu lalu pas papanya luar kota, pengen banget makan di luar. Pengen ini pengen itu tapi apa daya gak bisa nyetir *makan...

Follow Us

  • Facebook
  • Instagram
  • Google Plus

Categories

  • Banjarmasin
  • Jakarta
  • keluarga
  • kuliner
  • Lebaran
  • liburan
  • lomba blog
  • Medan
  • mudik
  • My Story
  • Novel
  • Pekanbaru
  • Review
  • Semarang

Hai, saya ingin jadi kawan kalian. Ikuti ceritaku yuk...

Blog Archive

  • August (1)
  • July (1)
  • May (2)
  • April (1)
  • March (3)
  • February (3)
  • January (3)
  • December (7)
  • November (11)
  • October (9)
  • September (5)
  • August (5)
  • July (5)
  • June (9)
  • May (8)

Member of Blogger Perempuan

Member of Blogger Perempuan

Member Of Kumpulan Emak Blogger

Member Of Kumpulan Emak Blogger
Instagram Facebook

Created with by ThemeXpose

Customized with by DuniaQtoy