Hai, teman-teman. Apa kabar kalian semua ? Udah bisa move on belum dari liburan panjang akhir panjang akhir tahun ini kan
Postingan pertama di tahun 2018 ini, saya ingin berbagi cerita tentang hari -hari istimewa di Medan
Dijuluki sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, ibukota propinsi Sumatera Utara ini mempunyai banyak keistimewaan. Mulai dari kulinernya yang terkenal enak di seluruh negeri ini, budayanya dan lain - lain
Yang dulu pernah saya tulis di postingan ini ( diklik dan mampir ya, teman ) 😊
***
Medan, menurut Wikipedia mempunyai komposisi pemeluk agama :
- Islam 59,68 %
- Kristen Protestan 21,16 %
- Budha 9,9 %
- Katolik 7,1 %
- Hindu 2,15 %
dan Kong Hu Cu 0,01 %
Suku Melayu menjadi penghuni awal kota Medan. Masih menurut Wikipedia, kota yang didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi ini juga didominasi oleh berbagai suku dan etnis. Seperti Jawa, Batak, Tionghoa, Mandailing dan India. Serta beberapa suku lain seperti Minangkabau, Aceh, Angkola dan Nias
Dengan keberagamannya ini tak heran membuat Medan menjadi kota yang spesial . Dan keunikan Medan yang akan saya ceritakan kali ini adalah tentang perayaan hari - hari istimewanya
- Idul Fitri dan Idul Adha -
Umat muslim adalah mayoritas penduduk di kota Medan. Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha di kota Medan memiliki keistimewaan
Suasana sholat Ied di Masjid Raya Al Mashun ( sumber gambar :Tribunnews Medan ) |
Ada 2 jenis ketupat yang dijual di Medan ini. Ketupat berukuran besar dan kecil. Ketupat besar nantinya akan diisi beras dan ukuran kecil diisi dengan beras ketan atau pulut dalam Bahasa Melayu
Selain ketupat asli, menjelang Idul Fitri di Medan akan banyak bermunculan penjual ketupat hias untuk dijadikan hiasan rumah saat Lebaran. Ketupat hias ini terbuat dari styrofoam dengan berbagai ukuran. Mulai dari yang kecil hingga besar
Ketupat hias berbagai ukuran yang dijual mulai harga 5 ribu hingga 50 riburupiah ( sumber gambar : Sindonews ) |
Pelaksanaan Sholat Ied di Medan dimulai sekitar jam 7 pagi
Masjid Raya Al Mashun, salah satu peninggalan Kesultanan Deli yang pembangunannya didanai oleh Sultan Deli dan konon juga dibantu oleh saudagar keturunan Tionghoa bernama Tjong A Fie dan saudaranya Tjong Yong Hian, Masjid Agung Sumatera Utara dan Lapangan Merdeka adalah tempat yang paling ramai saat pelaksanaan sholat Ied di Medan
Suasana sholat Ied di Lapangan Merdeka Medan ( sumber gambar : Karakter News ) |
Ada lagi nih yang membuat suasana Lebaran Idul Fitri di Medan terasa berbeda dari kebanyakan tempat. Karena penduduk Medan yang beragam agama ini, di hari pertama Idul Fitri tak sulit menemukan pedagang sayuran dan ikan yang berjualan di pasar tradisional. Mereka yang berjualan biasanya pedagang non muslim
Sedangkan saat Idul Adha di Medan, setelah pembagian daging dari masjid. Masyarakat Medan biasanya akan mengolah daging kurban menjadi rendang. Tak heran jika jarang sekali orang Medan yang membakar sate di hari Idul Adha
- Natal -
Desember adalah bulan istimewa bagi umat Kristiani. Tak ingin ketinggalan, umat Kristiani di Medan pun ingin menyemarakan hari Natal yang datang di bulan Desember itu
Berbagai persiapan dilakukan oleh mereka
Penjualan pohon Natal, lampu dan hiasan untuk menyemarakkan Natal di Medan mulai terlihat sekitar bulan November. Dari toko besar hingga pasar tradisional, akan banyak pedagang musiman yang menjual pernak - pernik natal
Salah satu penjual aksesoris Natal di Medan ( sumber gambar : Tribunnews Medan ) |
Gereja di Medan selain menggunakan Bahasa Indonesia, banyak juga yang menggunakan Bahasa Batak atau Bahasa Karo sebagai bahasa pengantar
Dari sekian banyak gereja di Medan, ada satu gereja yang cukup istimewa. Namanya Gereja Grha Maria Annai Velangkani atau lebih dikenal dengan Gereja Velangkanni
Gereja Maria Annai Melangkahi Medan. Annai artinya bunda. Velangkanni atau Vailankanni adalah nama desa di India ( sumber gambar : Lihat.co.id ) |
- Imlek dan Cheng Beng -
Masyarakat Tionghoa, adalah salah satu etnis yang memegang peran penting di bidang perdagangan di Medan ini. Saat perayaan Imlek, tak heran banyak toko yang tutup. Mall dan supermarket tetap buka
Suasana Imlek di Vihara Maha Maitreya Medan ( sumber gambar : TomTampubolon.Wordpress ) |
Selain Vihara Setiabudi, Vihara Maha Maitreya yang terletak di kawasan komplek Cemara Asri juga menjadi tempat paling ramai dikunjungi oleh umat Budha untuk bersembahyang saat Imlek
Makan bersama saat Imlek juga bagian dari tradisi masyarakat Tionghoa. Di Medan, saling berkunjung antar keluarga juga merupakan tradisi masyarakat Tionghoa saat Imlek. Tak lupa baju berwarna merah adalah pilihan favoritnya
Cheng Beng, mungkin masih banyak yang belum pernah mendengar tradisi ini. Menurut Wikipedia, Cheng Beng adalah tradisi tahunan masyarakat Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah makam leluhur yang biasanya jatuh di bulan April. Saat Cheng Beng, masyarakat Tionghoa akan mendatangi makam leluhur dan bersembahyang
Komplek pemakaman masyarakat Tionghoa akan tampak ramai saat Cheng Beng, bahkan ada yang sudah berada di makam sebelum matahari bersinar
Berbagai macam makanan seperti buah dan perlengkapan sembahyang dibawa saat berziarah
Suasana Cheng Beng di makam leluhur ( sumber gambar : Smart FM Medan ) |
- Deevapali dan Holly -
Masyarakat India, adalah salah satu etnis yang menghuni ibukota Sumatera Utara ini. Kedatangan mereka dari tanah asalnya, dimulai dari masa pendudukan Belanda
Deevapali atau Dipawali di Kuil Shri Mariaman Medan ( sumber gambar : Tribunnews Medan ) |
Deevapali di Kuil Shri Mariaman Medan ( sumber gambar : The Jakarta Post ) |
Perayaan Deevapali diadakan sekitar bulan Oktober - November. Di Medan, perayaan Deevapali atau Dipawali biasa dirayakan di Kuil Shri Mariaman yang terletak di pusat kota Medan
Selain Deevapali, masyarakat India di Medan juga merayakan Holly
Perayaan Happy Holly yang ditandai dengan perang serbuk warna - warni di sekolah Khalsa Medan ( sumber gambar : Harian Analisa ) |
Selain perang serbuk warna -warni, masyarakat India di Medan juga menyajikan kuliner dan budaya khas India untuk menyambut perayaan Holly. Bahkan salah satu sekolah India di Medan, mengadakan perayaan Holly yang terbuka untuk masyarakat umum
Perayaan Deevepali dan Holly di Medan oleh etnis India adalah salah satu yang paling meriah di Indonesia
- Tahun Baru -
Momen pergantian tahun di Medan, dianggap sebagai salah satu momen penting untuk berkumpul dengan keluarga
Di Medan, mudik tak hanya saat Lebaran Idul Fitri saja. Saat tahun baru, banyak masyarakat Medan dari berbagai agama yang mudik kembali ke kampung halamannya untuk berkumpul dengan keluarga tercinta
Kembang api saat pergantian tahun di Lapangan Merdeka Medan ( sumber gambar : Detik ) |
Salah satu penjual ketupat saat tahun baru di daerah Marelan Medan ( sumber gambar : Harian 88 ) |
Tanggal 1 Januari, pasar menjadi lebih sepi. Banyak toko tutup dan hanya segelintir pedagang sayur atau ikan yang berjualan
Berastagi dan Danau Toba di Parapat atau Samosir adalah kawasan wisata favorit masyarakat Medan untuk melewati momen tahun baru
***
Yuk datang ke Medan dan rasakan keberagamannya yang indah ini
Sekian cerita saya dari Medan kali ini, jumpa lagi di cerita berikutnya ya. Salam
Sekian cerita saya dari Medan kali ini, jumpa lagi di cerita berikutnya ya. Salam
...
33 comments
Medan seperti Kota Pancasila za... Beragam budaya dan agama ada disana
ReplyDeleteIya, Mbak. Medan termasuk kota yang sangat beragam
DeleteSemakin heterogen masyarakatnya semakin erat kekeluargaannya ya...
ReplyDeleteBener banget, say
DeleteWah asyik euy ada perayaan diwali juga
ReplyDeletewow , perayaan yang begitu indah ya , semua agam bebas merayakan dengan meriah
ReplyDeleteItulah Medan, Mbak. Dengan keberagaman yang malah menyatukan
DeleteIndonesia terasa terwakilkan oleh medan
ReplyDeleteDg ragam perbedaan tp satu dlm damai
Tampak terlihat harmonisasi sempurna
Melihat Medan ya melihat keberagaman yang harmonis
DeleteCheng Ben..Deevapali..Holly...Jadi kangen Medan!
ReplyDeleteBenar-benar terasa ragam budayanya di sini, nggak perlu jauh-jauh, saat di keramaian..tengok kiri kanan depan belakang saja sudah beraneka warna kulit nampak mata atau terdengar bahasa yang berbeda.
Medan memang kota yang sangat multikultur, Mbak Dian. Dan ngangenin 😄
DeleteSaya pikir ketupat hanya ada di Jawa, ternyata di Medan pun jadi tradisi ya, Mbak. Malah tahun baru pun ada :)
ReplyDeleteSaya udah melewatkan 3 tahun baru di Medan, baru yang terakhir tahu kalau ada ketupat pas mau tahun baru. Karena kebetulan ke pasar pas tanggal itu, Mbak Myra
DeleteTak pikir deepavali hanya ada di india atau di kmpung durian runtuh mba..
ReplyDeleteTernyata di medan pun ada
Masak hanya kampung durian runtuh aja yang ada. Medan gak mau ketinggalan juga dong
DeleteSaya lebih suka dengan kulinernya, rendang, lemang, lontong sayur dengan tauco dan opor ayam. Mantap rasanya.
ReplyDeleteKuliner yang itu memang top markotop, Mas. Apalagi lontong sayur Medan itu udah paling enak deh
DeleteJadi tahu keberagaman di Medan. Sebuah contoh toleransi yang bagus buat bangsa kita. Semua perayaan meriah ya mba.
ReplyDeleteBetul banget, Mbak Nur. Masyarakat saat ini butuh contoh riil kerukunan beragama. Salah satu yang bisa dilihat ya di Medan ini
DeleteKetika saya kecil, Lebaran itu ya hari raya bersama sesama kaum kristen. Berbagi kue. Begitu pula kalau natal, saya sering sumringah makan kue nan enak. Medan kota yang menyenangkan. Ah kangen pulang.
ReplyDeleteWah orang Medan ya. Salam kenal dari saya
DeleteAduuuh gak jadi lagi ke Medan. Kemarin gak dapat ijin suami karena musim hujan hiiks. Keburu Mbak Dila pindah lagi yaaa :D kangen lontong sayur hihiii
ReplyDeleteKalo gak jodoh ketemu di Medan, kita ketemu di kota lain ya yuk
Delete4 keyakinannya lengkap ya di sana. Menu makanannya nggak jauh beda juga ya Mba dg kuliner Minang. Ceng Beng-an saya pernah dengar dari murid, tentang sembahyang atau ziarah abu. Deevapali pun ada juga ya, jadi ingat moment2 kayak Sri Mariamman. Ini kan meriah juga perayaannya...
ReplyDeleteAyo ke Medan kalau ada rejeki, Mbak Nita. Pasti ntar seneng deh. Apalagi disini juga surga kuliner loh ... ngiming-ngimingi
Deleteaku belum pernah ke medan ihhhh
ReplyDeleteAyo liburan ke Medan, Bang
Deletepas ke Medan 2 thn lalu gak sempet ke Gereja Maria Annai Melangkahi Medan. Selain tempatnya jauh dr mana2, bawa ibu dan tante yg sdh sepuh...mereka pasti males banget ke sini... padahal baguuuusss
ReplyDeleteEmang agak minggir sih tempatnya, Mbak Ria. Lumayan apalagi sekarang Medan macet. Kasian ibu sama tantenya
DeleteTerasa banget toleransi beragamanya, pasti seru tinggal di sana bisa bertemu dengan berbagai suku bangsa.
ReplyDeleteOooohh di Medan itu ternyata penduduk beragama Islam ada sekita 50 persenan ya. Pas sholat Idul Fitri di masjid kelihatan mengharukan. Oh ya ada dua macam ketupat ya, yang besar isinya beras biasa dan yang kecil beras ketan. Bisa juga kreasi ketupa ini, makin sedap ditambahin rendang hhmm... :D
ReplyDeleteMasya Allah, seru banget ngebayanginnya. Sangat beragam sehingga bisa melihat anek tradisi yang ada. Sukak saya :)
ReplyDeleteI miss Medan so much, ketika hari raya, kita tetangga selalu memberi kue hari raya pada tetangga, semoga kekal selamanya
ReplyDelete