Kira-kira ada yang kangen gak ya ? *siapkan tas kresek warna hitam buat yang gak kuat baca pertanyaan tadi*😄
Seperti janji saya di tulisan sebelumnya, kali ini saya mau ngelanjutin cerita keseruan liburan kami ke Samosir awal April kemarin
Yang belum baca cerita sebelumnya bisa baca disini, teman 😊
***
" Para penumpang kendaraan harap masuk ke kendaraannya masing - masing " terdengar perintah dari pengeras suara di Pelabuhan Ferry Ajibata
Yup, untuk penumpang yang membawa kendaraan sendiri dilarang masuk dengan berjalan kaki saat naik ke kapal. Mungkin maksudnya untuk mempercepat naiknya penumpang ke kapal ferry Tao Toba 2, yang akan membawa kami ke Samosir
Satu per satu kendaraan pun masuk mundur ke dalam kapal ferry. Ada mobil, truk pasir hingga bis. Kebetulan di Samosir memang sedang banyak perbaikan jalan. Sepertinya truk pengangkut pasir itu, untuk mendistribusikan material ke proyek itu
Sekitar 30 mobil muat dalam satu kali menyeberang
***
" Bang lempar uang koinnya, Bang " terdengar teriak seorang anak laki-laki dari air, ke seorang penumpang pria yang berdiri di dek kapal. Pria itu tampak mengacuhkan anak laki-laki tadi
Wah, ini dia yang saya tunggu-tunggu. Kemunculan si anak koin di Pelabuhan Ferry Ajibata
Anak koin yang biasa saya lihat di TV, akhirnya muncul juga. Ih senangnya saya ...
" Hei, sini " teriak saya
" Lempar koinnya, Kak " teriak anak laki-laki berkulit hitam itu sambil mendekat ke arah saya
" Tunggu ya " kata saya sambil mencari koin dan uang dua ribuan
Meski saya menunggu kemunculan si anak koin, saya gak sempat menyiapkan koin. Jadi saya harus cari-cari dulu
Koin yang dicari pun ketemu. Ada sekitar sepuluh ribu rupiah, dalam bentuk koin lima ratus dan seribu. Dan 2 lembar dua ribuan
Si anak koin sudah siap menanti lemparan uang dari saya
Plung ... Plung
![]() |
Anak koin |
Satu persatu koin pun saya jatuhkan. Dan yeeey, si anak koin bisa menemukannya. Pantulan cahaya matahari membantunya menemukan koin saya
( Terjawab sudah rasa penasaran saya selama ini ) 🤗
" Kakak sama adik mau coba gak ?" Tanya saya ke anak-anak
" Mau " kata Kakak
" Aku gak mau " kata adiknya ( si adik emang udah tegang saat mulai mau naik kapal )
" Ya udah, sini keluar dari mobil " kata saya
Si Kakak pun melempar koin. Plus uang kertas dua ribuan yang dibungkus di koin
Tut ... Tut ...
Bunyi klakson kapal disertai bunyi rantai penutup pintu kapal pun terdengar. Tanda kapal ferry Tao Toba 2 yang akan membawa kami ke Samosir, akan berangkat
Saya pun kembali masuk mobil
" Yuk, kita naik aja daripada di mobil " kata saya ke suami dan anak-anak
" Ya udah " kata suami
Si Kecil yang awalnya menolak buat keluar mobil, mau juga keluar untuk naik ke dek atas penumpang
Kapal Tao Toba 2 yang membawa kami ke Samosir penuh saat itu
![]() |
Mau foto aja kudu mepet saking penuhnya 🙄 |
Tampak meja penjual mie instan dan kopi di dekat tangga untuk naik ke atas dek. Tangga di kapal Tao Toba 2 ini sungguh sempit dan curam. Cuman cukup satu badan penumpang orang dewasa aja, cyin ... Huh
Dengan jendela tanpa kaca langsung di tepi tangga, sungguh bikin saya yang gak bisa berenang ini deg-degan untuk naik. Coba kalo kepeleset, bisa kecemplung ke danau. Kan sereeeem
Baru naik sebentar, gak sampai satu menit kami langsung turun balik lagi ke mobil
Gak cuman tangganya yang curam dan sempit. Dek atas pun sempit dengan bau rokok yang luar biasa. Bikin saya pusing seketika
( Untuk cerita dek kapal Tao Toba 1 yang membawa saya ke Samosir, maaf gak sempat foto. Saya terlalu tegang saat itu )
Biar gak penasaran, ini saya kasih dek atas kapal Tao Toba 1 aja ya. Kapal ini yang akhirnya membawa saya pulang dari Samosir. Dek atas penumpangnya jauh lebih luas dari pada Tao Toba 2
![]() |
Dek atas Kapal Tao Toba 1, yang lebih luas dan nyaman daripada Tao Toba 2. Berasa milik pribadi aja ... Sepi, cyin 😅😅 |
Ya Tuhan, ini anak kenapa bicara begitu. Dia gak tau apa, kalau emaknya juga stress naik kapal ... Hiks
" Adik, mau liat film gak ? " tawar saya
" Film apa ? " tanya si Kecil masih dengan ekspresi takut naik kapal
" Terserah " jawab saya sambil menjulurkan hp
Alhamdulillah, tawaran memakai hp emaknya lumayan ampuh untuk bikin dia gak bilang " Aku takut naik kapal " lagi
Gak mau turun mobil lagi, saking takutnya naik kapal 😅 |
Entah berapa kali penjual kacang rebus mondar-mandir menawarkan dagangannya
Cuma karena sibuk bikin si Kecil nyaman naik kapal. Dan biar dia gak bilang " Aku takut naik kapal " lagi. Saya gak begitu memperdulikan ibu penjual kacang itu
Setelah setengah jam perjalanan, Alhamdulillah si Kecil udah sibuk main hp. Lumayan lah buat bikin dia lupa sejenak ketakutannya
Ketakutan si Kecil naik kapal bahkan baru saya ceritain ke suami saat kami udah di tengah perjalanan pulang dari Samosir
" Ah, masak sih adik ketakutan ?" Tanya suami gak percaya
" Mas gak tau kan. Emang aku sengaja gak bilang pas itu. Bisa bubar jalan aku kalo cerita ke Mas sama Kakak " jawab saya
Karena kalau saya cerita saat itu, si Kakak sama Papanya bisa ngegodain si Kecil abis. Eh bukannya bikin tenang. Bisa-bisa si Kecil malah nangis ketakutan
Pusyiiiing kepala belbie kan bo' ...
Setelah si Kecil mulai tenang, saya baru keluar buat menikmati suasana kapal
Rupanya, sama kayak di Pelabuhan Ferry Ajibata. Ada para pengamen kecil juga loh. Biar lebih berasa kalau saya lagi di tanah Batak Toba, saya minta aja mereka buat nyanyi .... Asiiiik
Dua buah lagu Batak, saya minta mereka nyanyikan
Angin danau terasa mengaliri wajah saya siang itu. Sejuk sekali
Pelabuhan Tomok di Samosir sudah makin terlihat. Artinya kapal akan menepi di Samosir. Alhamdulillah ...
Cerita dua malam di Samosir pun di depan mata, siap saya ukir bersama keluarga tercinta 😍
***
Eh, tunggu dulu
Tulisan Ibu Dila ini belum selesai loh. Hihihi ...
Berbeda dengan perjalanan berangkat saya. Perjalanan pulang saya kembali ke Medan, saya dapat kapal Tao Toba 1
Jika sebelumnya saya harus menunggu 3 jam lebih untuk menyeberang ke Samosir. Di perjalanan pulang ini saya seperti dapat golden tiket
Lah gimana enggak ? Saat itu sebetulnya saya mengincar kapal jam 10.00 dari Tomok
Eh rupanya di Minggu pagi itu, kapal Tao Toba 1 dioperasikan buat kapal tambahan. Karena dari Ajibata penuh dengan wisatawan pagi itu
Jadilah kami yang semula berpikir bakal menunggu satu jam di Pelabuhan Tomok, malah dibuat tergesa-gesa dengan adanya kapal tambahan itu
" Cepat naik kapal, Kak. Udah mau berangkat itu " kata petugas tiket
" Apaaaa ? Beneran, Mbak " jawab saya kaget bukan main
Kami pun menyeberang kembali ke Ajibata jam 9 pagi dengan kapal diluar jadwal reguler itu. Maunya santai dulu di Pelabuhan Tomok sambil foto-foto syantik gagal deh
Tapi senang juga sih hahaha
![]() |
Kapal siap meninggalkan Pelabuhan Tomok, Samosir |
![]() |
Kapalnya kosong euy 😍 |
Kapal kosong pula
Dan saya pun bisa beli lesung kayu buat masak ubi tumbuk ( masakan khas Tapanuli Selatan ), di seorang bapak pedagang yang kebetulan naik kapal itu juga
Namanya emak-emak gitu loh, gak bisa liat sesuatu yang lutju buat dibeli. Biarpun itu di kapal ferry *untung bapak suami paham sama istrinya ini* 😅
Sebuah lesung kayu seharga 40 ribu rupiah pun berpindah ke tangan saya. Tuing... Tuing
Dan ... sampai saya menulis cerita ini, lesung kayu phenomenal itu belum saya pakai
Maafkeun aku ya, suamiku tersayang 😁
![]() |
Jomblo dilarang baper liat mereka 😄😄 |
Terima kasih dan sampai jumpa di petualangan kami di Samosir selanjutnya 😘😘😘
20 comments
Aku siapin kantung plastik tapi ngga berfungsi kok,kak 😁
ReplyDelete[Seperti kalimat pembuka di atas]
Unik juga ya kisah simbol lesung kayu itu.
Jadi ngingetin lesung dan alu yang ada di legenda Rawa Pening.
Hahaha, kantung hitamnya gak berfungsi ya. Alhamdulillah 😂😂
DeleteMba Dila, bisa menikmati pemandangan laut dan anak-anak koin. Melihat keunikan Indonesia. Aku pernah lihat di teve, si bolang atau apa gitu. Anak-anak pantai dengan sigap menangkap koin yang dilembar ke laut.
ReplyDeleteAkhirnya aku gak penasaran lagi kenapa mereka bisa liat koin di danau, Mbak Nur. Penasaran bertahun-tahun ... Akut hihihi
DeleteUwaaaaa aku belum pernah ke Samosir. Lebih tepatnya belum pernah ke Sumatra. Semoga lain waktu terwujuuud 😃😃
ReplyDeleteYaudah mbak, kutunggu masakan ubinya yang pake lesung kayu itu. Hahaha
Aku doain semoga kelak bisa wisata ke Samosir, Mbak ... Aamiin
DeleteNanti deh kalo udah sukses masak ubi tumbuk, aku bakal publish tulisannya ... Hihihi
Horeee, munluc again :D
ReplyDeleteSaya pengen deh naik kapal gitu, Teh. Tapi belum ada tujuan yang mengharuskan naik kapal..he
Semoga aja suatu saat nanti bisa naik kapal dan bisa lihat langsung lempar koin itu..he
Saya malah nggak fokus ke kedua orang itu, fokus sama apa yang di pegang teh Dila :D
Naksir sama lesungnya eung. Btw berapaan harganya, Teh? Itu beli atau pegang buat foto aja..hehe
Haiii, Mas Andy
DeleteLesungnya beli dong. Aiiish somse deh hahaha. Buat kenang-kenangan ceritanya sih. Cuman belum dipakai sampe sekarang euy. Untung bapak suami gak nanyain " Kok gak dipake-pake lesungnya " 😂
Ha..ha, foto yang terakhir...gagal fokus, mlh lihat background😀😀
ReplyDeleteEnak ya fery nya..meski dr mobil bisa lihat pemandangan. Terakhir naik fery 2004.. penyebrangan Jawa-Bali...
Setelah itu, blm pernah nyebrang pulau lagi
Beneeeer, pasangan itu emang jadi background yang menarik toh Mbak hahaha... kapan lagi coba
DeleteItu kapal segede itu, kami nyebutkan dengan namanya kapal Roro..
ReplyDeleteSama emang kok Mas Mirwan. Beda nama doang 😄
Deletewow, kapalnya besar sekali ya Bu.
ReplyDeletebelum berkesempatan naik kapal ini waktu ke Medan Februari lalu.
semoga bisa balik lagi dan mencoba sensasinya naik kapal ferry tao Toba :)
terima kasih infonya ya Bu.
Aduh, anak koin itu aku baru tau loh ada begituan. Unik sekalii.. Kalau anak ak liat pasti senang deh. :) ak anaknya takut naik fery mb dila.. Bawaannya mabuk. Haha
ReplyDeleteMbaaaa aku pgn makan ubi tumbuk hahahahaha.. Sebagai org batak, wajib adalah lesung begitu. Tp dulu mamaku punyanya yg besi mba :p. Aku prnh ya coba numbuk, giliiiing berat ya cyyyiin wkwkwkwk.. Utk mukul orang bisa modyar. Kalo skr, mama udh ga kuat pake alu begitu. Jd palingan digiling kasar pake blender :(
ReplyDeleteMenarik banget mbak! Dari dulu aku pengen loh main ke danau toba tapi belum kesampaian. Lihatin cerita kayak gini makin mupeeengg
ReplyDeleteSaya sendiri belum pernah naik kapal besar itu. Biasa kalau menyeberang, hanya ke Tomok atau Tuk Tuk, jadi naik speedboat atau kapal feri penumpang.
ReplyDeleteKapal besar itu kalau sudah tiba hari libur, kendaraan untuk naik saja mengantri sampai 5 jam. Lumayan pegal ya itu.
Ceritanya seru dan heboh, belum pernah sama sekali ke Medan apalagi ke Samosir. Jadi hanya bisa membayangkan saja dari cerita Kakak.
ReplyDeleteWalaupun masih di Sumatera Utara dirimu tinggal, tapi ke Samosir ini tetap melintasi laut juga ya, Mba. Anak koin, mengingatkan saya pas nyeberang Merak, dulu banget sebelum kenal naik pesawat, haha... Nice ya, Mba. Ikut suami kerja pindah2, jadi bisa traveling ke banyak tempat.
ReplyDeleteSerunya jalan-jalan naik kapal :)
ReplyDeleteDulu aku sempat takut naik kapal lho karena takut mabuk, ternyata pas dicoba malah nagih tanpa mabuk laut hihihi. Pengalaman naik kapal yang menyenangkan ke nusa penida juga pernah aku share di blogku :)
Cheers,
Dee - heydeerahma.com