Bunuh diri, sebuah kata yang nyaris kulakukan terhadap diri ini lebih
dari satu dekade silam. Perbuatan yang dimurkai penciptaku, hampir
kulakukan ketika itu
Ah ... tak mungkin. Aku kira itu yang ada di pikiran kalian saat ini
Di awal abad milenial, aku seorang gadis berusia 20 tahun ketika itu. Masih duduk di bangku kuliah semester 3. Sebuah kisah kelam nyaris membuatku mengakhiri hidupku
Ah ... tak mungkin. Aku kira itu yang ada di pikiran kalian saat ini
***
Di awal abad milenial, aku seorang gadis berusia 20 tahun ketika itu. Masih duduk di bangku kuliah semester 3. Sebuah kisah kelam nyaris membuatku mengakhiri hidupku
Hari itu, Tanteku adik dari Mama, membawa seorang muridnya ke rumah. Usianya setahun di bawahku. Gadis cantik berhidung mancung itu mengalami cerita mengerikan dalam kehidupannya. Ayahnya membunuh ibunya. Kemudian ayahnya dipenjara. Dengan wajah penuh tekanan, setiap hari dia datang ke sekolah. Kasihan terhadapnya, Tanteku itu membawa dia ke rumah. Dan menjadi adik angkatku
Sebut saja namanya Bulan. Rasa senang awalnya menghampiriku, aku punya seorang adik perempuan pikirku saat itu. Bulan tidur bersamaku karena kamar hanya ada 3 di rumah. Adik lelakiku di kamar depan. Mama tidur sendiri karena Papa kerja di luar kota dari aku kelas 2 SMP. Sabtu dan Minggu baru pulang
Kehidupan kami pun berubah warna dengan hadirnya Bulan. Tak ada perbedaan perlakuan dari kami. Bulan diperlakukan seperti anggota keluarga sendiri
Hingga akhirnya keadaan berubah 180 derajat. Entah bagaimana awalnya, Mama merasakan ketidak beresan dengan Papa sejak hadirnya Bulan di rumah. Mungkin itu insting seorang istri. Hingga akhirnya malam itu, Tanteku menelpon Bulan supaya datang ke rumahnya pagi besok
Hingga akhirnya keadaan berubah 180 derajat. Entah bagaimana awalnya, Mama merasakan ketidak beresan dengan Papa sejak hadirnya Bulan di rumah. Mungkin itu insting seorang istri. Hingga akhirnya malam itu, Tanteku menelpon Bulan supaya datang ke rumahnya pagi besok
Bulan pun datang ke rumah Tanteku. Dan hari itu juga Bulan pamit dari rumah. Masih teringat bagaimana wajahnya saat itu. Aku yang saat itu tak tahu pasti, cerita apa yang terjadi dengan Papa dan Bulan. Perasaanku sebagai anak membuatku cukup menjadi orang yang sangat membenci Papa. Ya, aku membenci lelaki cinta pertama dalam hidupku
Mama begitu tegar, tahu bahwa aku benci Papa saat itu. Berulang kali Mama mengatakan " Jangan kamu benci Papamu. Papa sayang kamu. Maafin Papamu ". Tapi perkataan Mama itu nyaris tak pernah kudengar. Mama tak pernah membenci Papa atau mengajarkanku untuk membenci Papa. Tapi aku tetap membenci Papa
Aku yang sebelumnya tak bisa naik sepeda motor karena takut, entah kekuatan apa yang mendorongku. Saat ada pertemuan keluarga aku minta Om, adik ipar Mama, mengajarkanku naik sepeda motor. Tak perlu belajar lama, satu hari itu aku langsung bisa naik sepeda motor
Aku pun menjadi anak yang pemberontak. Aku memaksa Papa untuk menyediakan sepeda motor. Papa yang mungkin tahu kekesalanku saat itu pun, merelakan sepeda motornya untuk kupakai. Untuk berangkat kerja di luar kota, Papa memilih naik bis ( Ah ... air mataku jatuh lagi saat mengingat kenakalanku saat itu ). Dengan rasa kesal memuncak, aku pernah mengendarai motor dengan kecepatan 105 km / jam saat itu di sebuah jalan raya yang sedang sepi. Aku nekad sekali
Tak hanya itu, aku pun mencoba untuk merokok. Sebungkus rokok yang kutemukan di laci meja belajar adik yang dibelinya saat kemah. Sempat kucoba merokok setengah batang. Dan disitulah saya tahu, ternyata seperti itu ya rasanya merokok. Gak ada enak - enaknya. Seperti kertas dibakar saja ... Hambar
Masih belum puas, aku pun sempat berucap " Dimana ya beli obat terlarang? ". Kalau minum itu mungkin aku bisa mati. Tapi Allah baik kepadaku. Tak kutemukan jawaban atas pertanyaanku itu
Waktupun berlalu, aku masih membenci Papa. Melihatnya pun tak sudi. Hingga suatu malam Papa datang ke kamar. Duduk di depanku. " Kalau kamu masih sayang Papa, lihat Papa. Kalau kamu benci sama Papa, biar Papa pergi "
Ternyata aku tak sanggup untuk melanjutkan kebencianku pada Papa. Air mataku berderai saat itu. Aku tak sanggup jika kehilangan Papa lagi. Kupeluk Papa. Disitulah rasa benciku hilang seketika
Dan sebuah skenario besar Allah ternyata menanti kami selama 5 tahun kedepannya ...
***
Seorang lelaki bertubuh pendek dengan kacamata bundarnya datang menghampiri hidupku. Dia atasanku tapi beda bagian. Pria non Muslim ini membuatku jatuh cinta padanya
Yang kutahu dia baru putus dari pacarnya di luar kota. Sebuah acara suatu produk yang menghadirkan penyanyi terkenal Indonesia, membuatku berkenalan dengannya. Kedekatanku dengannya pun berlanjut. Aku pun makin jatuh cinta dengannya
Meski boleh dibilang kami pacaran atau mungkin dia merasa tidak ... Entahlah. Malam Minggu seperti layaknya orang pacaran. Tapi disisi lain, dia tetap perhatian dengan mantan pacarnya. Setiap mantan pacarnya datang ke kotaku selalu dijemput. Selalu perhatian dengannya. Aku pun mulai tidak nyaman
Tiga bulan menjalani hubungan seperti itu. Hingga akhirnya kuputuskan daripada lebih sakit hati, lebih baik berhenti saja. Tapi ternyata rasa itu masih ada, aku pun masih sering berjumpa dengan dia. Sulit sekali melepaskan perasaan itu. Dia pun masih berjumpa dengan mantan pacarnya
Tak tahan dengan perasaan yang kacau itu, kutelpon mantan pacarnya. Aku cerita banyak dengannya. Tentang perasaanku dan banyak hal. Rupanya dia sosok yang ramah. Dia bersedia mendengar ceritaku. Dan disitulah kutahu ternyata selama ini mereka belum putus. Gadis yang kutahu sebagai mantan pacar ternyata bukan mantan. Tetapi masih pacaran
Aku menjadi selingkuhan tanpa aku sadari. Aku jadi pelarian pria itu ketika dia bermasalah dengan gadis itu. Pria yang telah membuatku jatuh cinta, tak menyadari dia telah menghancurkan hatiku berkeping - keping
Disitulah aku ingin menghabisi hidupku sekali lagi. Aku tak sanggup menghadapinya. Puluhan butir obat entah apa yang kulihat di rumah saat itu kutenggak. Bukan kematian yang kuhadapi, tapi rasa mual akibat banyak pil kutenggak. Alhamdulillah, Allah menyelamatkanku sekali lagi
Disaat yang bersamaan, aku kehilangan salah seorang sahabat yang aku sayangi karena kecelakaan lalu lintas di Senin pagi itu. Jangan tanya bagaimana hancurnya perasaanku. Yang jelas duniaku makin bertambah gelap
Dan keluargaku tak pernah mengetahui niatku untuk mengakhiri hidup hingga kutuliskan ini ...
****
Jika kalian sekarang berpikir aku begitu lemahnya saat itu ? Bodoh sekali jika masalah seperti itu saja nyaris menghancurkan hidupku
Kujawab, tidak. Apa yang terjadi padaku saat itu memang membuatku jatuh terpuruk
Silakan jika kalian ingin tertawa. Aku memang bodoh ...
Dua kali menghadapi masalah yang membuat hidupku hancur dan nyaris mengakhiri hidup. Tak akan membuatku jemawa dengan mengatakan " Untung aku masih memiliki iman ". Tidak, aku tak berani mengatakan itu
Allah lah yang menyelamatkan hidupku
Bukan hanya Allah saja. Ada tangan lain yang membuatku bangkit. Mereka adalah keluargaku, guru dan sahabat. Mereka memang tak pernah tahu aku berniat bunuh diri
Yang mereka tahu bahwa aku punya masalah
Yang mereka tahu bahwa aku ingin didengar
Yang mereka tahu bahwa aku ingin ditemani
Yang mereka tahu bahwa aku punya masalah
Yang mereka tahu bahwa aku ingin didengar
Yang mereka tahu bahwa aku ingin ditemani
Tak mudah bagiku untuk bangkit dari rasa kehancuranku. Meski tak butuh waktu lama, tapi saat itu aku merasa tertatih untuk menata hidup kembali
Dan kini setelah semua berlalu lama. Kubisa berkata, tak pernah kusesali semua jalan cerita yang pernah terjadi. Karena itu yang menjadikanku seperti saat ini
Jika di sekeliling kalian, ada orang yang tengah menghadapi masalah. Dengarkan dia. Jangan hakimi dia. Mungkin buatmu masalah yang dihadapinya sederhana. Tapi belum tentu buat dia. Sediakan telinga untuk sekadar mendengar. Meski kau tak punya solusi untuknya, sepasang telingamu sudah sanggup meredakan masalahnya
Tak malukah diriku menceritakan ini ? Bukankah itu aib ? Buatku itu bukan aib. Itu adalah jalan Allah untuk membuatku menjadi lebih baik. Aku hanya ingin mengatakan kepada mereka yang saat ini menghadapi masalah, yang membuat kalian merasa tak memiliki harapan. Kalian tak sendiri, aku pernah di posisi kalian ...