Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di blog ini . Powered by Blogger.
  • Home
  • Contact Me
  • About Me
  • Category
    • KULINER
    • LIBURAN
    • LOMBA BLOG
Facebook Google Plus Instagram

Ibu Dila

Setiap langkah adalah berharga


Allahu Akbar
Allahu Akbar ...

Saat adzan Maghrib berkumandang di televisi, kalian pasti sering melihat tempat ini 

Namanya Masjid Raya Al Mashun. Letaknya ada di Medan , Sumatera Utara. Masjid peninggalan Kesultanan Deli ini sangat terkenal. Gak heran banyak wisatawan berkunjung kesana setiap harinya

Di Wikipedia tertulis 10 September, sedangkan di prasasti ini tertulis 19 September. Entah mana yang benar :D

Menurut sejarahnya seperti dikutip dari Wikipedia, Masjid Raya Al Mashun ini dibangun pada masa Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Pembangunan ini dimulai pada 21 Agustus 1906 ( 1 Rajab 1324 H ) dan selesai pada 10 September 1909 ( 25 Sya'ban 1329 H ). Sholat Jum'at pertama di bulan Sya'ban itu sebagai pertanda bahwa pembangunan Masjid Raya Al Mashun ini telah selesai secara keseluruhan

Pembangunan masjid megah bernuansa Timur Tengah, India dan Spanyol ini keseluruhannya menghabiskan dana sebesar 1 juta golden. Dana yang cukup besar itu kesemuanya ditanggung oleh Kesultanan Deli. Namun konon juga dibantu oleh saudagar asal Tiongkok yang juga sahabat Sultan. Adalah dua saudara kakak beradik, Tjong A Fie dan Tjong Yong Hian

Bangunan masjid ini awalnya bersatu dengan kompleks Istana Maimun. Namun sesuai dengan perkembangan jaman, saat ini Masjid Raya Al Mashun dan Istana Maimun terpisah oleh jalan raya 

Masjid dengan bentuk segi delapan ini, dirancang oleh arsitek bernama Van Erp . Seorang arsitek berkewarganegaraan Belanda yang juga merancang Istana Maimun. Tapi di tengah proses pengerjaannya, Masjid Raya Al Mashun dilanjutkan oleh JA Tingdeman. Van Erp mendapatkan perintah untuk merestorasi Candi Borobudur di Jawa Tengah oleh pemerintah kolonial Belanda 

Kebesaran tembakau Deli saat itu, membuat Kesultanan Deli mampu membangun kota Medan menjadi kota besar lengkap dengan fasilitasnya 

Tak heran, pemilihan bahan terbaik pun dilakukan saat pembangunan Masjid Raya Al Mashun

Seperti marmer mewah dari Italia dan Jerman. Kaca patri cantik  berwarna warni dari China. Dan lampu gantung indah dari Perancis 

Benar - benar mempesona 

***

Nah, ketika saya pindah ke Medan di tahun 2014. Masjid Raya Al Mashun yang selama ini hanya saya lihat di TV, langsung masuk ke daftar tempat yang kudu dikunjungi selain Istana Maimun

Ya kan secara hampir tiap hari lihat di TV, penasaran dong

Saat kami hunting foto 
Dan hari yang ditunggu pun tiba, Minggu siang itu saya dan keluarga untuk pertama kalinya 

Eng ing eng ...

Impian indah saya langsung runtuh di hari pertama saya berkunjung ke Masjid Raya Al Mashun ketika itu

Bayangan indah yang saya lihat di TV selama ini ternyata semu. Masjid kebanggaan masyarakat Medan ini tak seindah bayangan saya 

Mulai dari kaki melangkah langsung disambut banyak pedagang dan pengemis. Teriakan pedagang pun tak henti mengikuti jejak kami. Trotoar dan halaman masjid yang kotor serta terlihat sampah disana sini

Saya pikir, " Ah, mungkin ini hanya penampakan luar masjid saja "

Namun ternyata harapan hanya tinggal harapan

Area wudhu dan kamar mandi ternyata lebih "horor". Mulai dari bau yang pesing sekali, hingga terlihat kotoran manusia yang ditinggalkan begitu saja. Rasanya pengen teriak aja waktu itu. " Kok kayak gini amat siy masjid ini "

Keadaan masjid utama pun tak kalah ngeri. Mulai dari teras yang justru dipenuhi penjaga sandal sepatu dan deretan alas kaki yang berjajar di lantai. Pedagang yang juga ada disana.

Begitu pun di ruang utama tempat sholat, bau pengap dan karpet yang terlihat tua serta kotor menghiasi masjid ini

Dan pengalaman pertama itu akhirnya membuat saya " kapok " ke Masjid Raya Al Mashun lagi. Saya mau kesana kalau kepepet aja. Pengen hunting foto dan antar Mama yang datang ke Medan

Wis itu tok

Dan satu lagi, saya cukup berada di bagian halaman masjid aja. Gak mau lagi masuk ke toilet dan area wudhu. Traumaaaaa ...

O iya, ada juga nih kejadian pas saya kesana. Udah menghindari toilet, lah kok bau pesing banget ada di dekat air mancur . Sapa coba yang kencing disana ???

Padahal banyak turis mancanegara kesana loh. Malu kan

***

Eh tapi ... diawal tahun 2018 ini saya mendapat kejutan yang luar biasa

Berawal dari beberapa postingan akhir tahun lalu di Ig yang menunjukkan menunjukkan adanya perbaikan di halaman masjid. Terlihat lantai keramik diganti dengan yang baru

Dan ketika saya lewat di depan Masjid Raya Al Mashun, tak terlihat lagi pedagang yang biasanya nongkrong di depan gerbang

Matahari yang akan kembali ke peraduan
Karena penasaran, akhirnya hari Minggu lalu saya minta suami untuk mengantarkan saya kesana. Awalnya sih, dia menolak. Alasannya sih, karena beberapa kali kesana keadaan kotor sekali 

Setelah mengeluarkan jurus maut, akhirnya pak suami menyerah juga . Hahaha  

Dan taraaaa...





Saya kaget sendiri, saudara - saudara. Masjid Raya Al Masjid sudah berubah. Tapi bukan kayak Satria Baja Hitam loh ya . Hihihi

Rupanya pada akhir tahun 2017 kemarin, telah diadakan renovasi besar-besaran di Masjid Raya Al Mashun Medan

Dan ini perubahannya ...

Pedestrian yang dulunya jorok dan penuh sampah serta lantainya yang pecah disana sini, sudah gak terlihat lagi. Dan pedestrian ini sudah kembali ke fungsinya semula sebagai tempat untuk pejalan kaki

Parkir kendaraan pun sudah mulai tertib

Pedagang yang biasanya menghiasi gerbang masjid, sudah tidak disana letaknya. Mereka dipindah ke dekat parkiran

Pengemis ? Sudah tidak ada juga

Pedagang sate udang, daging dan telur yang membawa tampah berisi dagangannya di kepala mereka, dan selalu mengikuti jejak kaki pengunjung juga sudah tidak terlihat lagi di masjid

Lantai halamannya pun terlihat baru dan juga sudah bersih loh, gak ada lagi tuh kotoran dan sampah

Tampilan masjid pun terlihat lebih cerah karena sudah dicat ulang


Tempat wudhu yang tak lagi "horor" 
Bagian paling "horor" yang selama ini saya hindari, yaitu area wudhu dan toilet pun udah jauh lebih baik. Keramik dan toilet yang sudah diganti. Bau pesing yang jauh lebih berkurang. Terlihat hanya sedikit tissue pengunjung yang tidak dibuang pada tempatnya

Ayo dong, para pengunjung ... Ubah kebiasaan kalian. Masjid udah cantik, masak buang tissue gak di tempatnya

Sandal dan sepatu yang biasanya menghiasi teras masjid, sekarang sudah dipindahkan ke halaman. Dan ditata dengan rak juga. Rapi deh

Sudah bersih sekali 

Salah satu area favorit untuk foto 
Area sholat gimana ???

Empat jempol, teman. Gak ada lagi tuh bau pengap apalagi karpet tua yang jorok itu. Semua udah diganti dengan dinginnya AC, harum ruangan dan karpet empuk yang bersih banget. Bahkan dinginnya sampai terasa saat pintu kaca dibuka loh

Pendingin udara atau AC dan pintu kaca juga ditambah untuk kenyamanan para jema'ah yang ingin mengerjakan sholat



Pintu kaca yang telah ditambahkan 





Karpet tebal yang nyaman 

 

Kaca patri yang cantik 

Wih seneng deh saya. Rasanya seperti cinta pada pandangan pertama ... Eaaa

Kemarin saya juga sempat jalan ke bagian makam dan belakang masjid juga. Keadaannya pun udah gak kayak dulu lagi. Rapi dan gak ada rumput tinggi



Di dekat area kolam air mancur itu dulu saya pernah mencium bau pesing. Tapi sekarang udah lenyap 

Kalau dulu saya pernah mengkritik dan menyayangkan masjid ini. Saatnya sekarang saya ajak kalian untuk berkunjung ke Masjid Raya Al Mashun yang merupakan kebanggaan masyarakat Sumatera Utara


Dan jangan lupa tetap dijaga kebersihannya ya saat kesana. Supaya makin banyak orang bisa menikmati kecantikan Masjid Raya Al Mashun yang telah kembali lagi



















Share
Tweet
Pin
Share
39 comments

Entah darimana asalnya, yang jelas hari ini beranda Facebook saya dipenuhi oleh tulisan di atas. Begitu baca tulisan itu, saya langsung ngakak. Dalam hati " Kasian amat ya kami kaum emak berdaster " . Kok kayaknya kaum saya ini, begitu menikah jadi gak bisa kemana- mana ... Hahaha

Tulisan yang lagi rajin lewat di beranda Facebook itu, bisa dibilang ada benarnya juga siy. Yah, secara di kenyataannya begitu kan. Setelah makhluk imut-imut manis titipan Tuhan itu keluar dari rahim. Kita nih yang biasanya bisa kayang ala penyanyi dangdut, mendadak menjadi siswi sekolah peragawati. Jalan udah kayak bawa buku telepon alias Yellow Pages di atas kepala selama 40 puluh hari pertama. Pelan, kalem takut jahitan bekas lahiran sobek. Itu baru di awal melahirkan

Begitu bayi ini makin gede. Mulai bisa jalan terus bicara. Gak terasa udah jadi balita. Jangankan kayak yang dibilang di tulisan di atas. Gimana mau ke Alfamart, lah wong baru masuk ke WC dan mencari posisi duduk yang paling pas aja. Eh, di luar pintu udah ada yang teriak kencang " Mamaaaa ... Ngapain di kamar mandi ". Ya Tuhan, ujian apa lagi ini

Tapi disisi lain, saya juga gak setuju tulisan itu 100 %. Lah wong setelah menikah dengan Mas kesayangan yang unyu - unyu ( dilarang sewot, ini adalah bentuk pujian saya ke suami biar dibelikan Silver Queen ... hahaha ), malah saya bisa travelling melihat banyak keindahan yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Emang sih belum pernah lihat air mancur di Merlion apalagi Eropa alias benua biru. Travelling saya sih masih seperti bus AKAP aja. Antar Kota Antar Propinsi

***

Di mata saya, setiap orang punya kesempatan kok buat travelling dan menikmati keindahan dunia. Gak ada yang gak mungkin. Cuman terkadang, hal itu gak disadari oleh kaum emak berdaster macam saya ini yang kerjaaannya berkutat di urusan dapur, sumur dan kasur ini

Coba deh cek yang saya tulis di bawah ini :

1. Beda kampung halaman dengan suami

Kira- kira banyak gak tuh yang punya kampung halaman berbeda dengan suami. Pasti banyak kan, Bu Ibu ? Kalau punya suami dengan kampung halaman yang berbeda, gunakan saat mudik sebagai ajang travelling selain silaturahim. Biarpun cuman ke kota sebelah, masak siy gak ada tempat asyik buat dijadikan tujuan wisata. Anggaplah di kota itu miskin objek wisata. Hamparan sawah luas di kampung suami, bisa kan jadi penyejuk mata dari kepenatan terasi di dapur. Travelling juga kan

2. Ikut tugas suami

" Dik, Mas dipindah sama kantor keluar Jawa. Gimana niy ?" ini salah satu contoh percakapan yang mungkin terjadi di rumah tangga ibu-ibu sekalian. Atau " Dik, Abang harus sekolah lagi keluar negeri dibiayai kantor ". Saran saya, dukung suami 100 % . Selama kondisi kota atau negara dan pekerjaan suami memungkinkan untuk keluarga bisa ikut serta. Udah ikut aja. Gak usah mikir yang aneh-aneh

" Tapi nanti aku jadi jauh dari keluarga " atau " Nanti gak bisa ketemu setiap saat sama orang tua ". No Pain No Gain, kalau kata orang. Semakin jauh dari kampung halaman, kesempatan mudik pasti akan lebih jarang. Yah, gimana dong. Mau bertahan di zona nyaman terus atau keluar dari zona nyaman dan berkesempatan melihat luasnya dunia serta travelling

3. Pasangan juga penyuka travelling

Punya pasangan satu kampung halaman dan bekerja di kota itu juga, bukan berarti gak ada kesempatan buat travelling. Cukup pastikan bahwa suami  punya hobi travelling yang sama dengan Bu Ibu sekalian, udah deh aman jiwa. Mau kemana aja asal ada waktu dan uang, bisa kan

4. Sabar, semua ada waktunya

Lihat kawan upload foto di Instagram sama suaminya dengan latar Menara Eiffel yang indah itu. Eh, kitanya baper. " Aduh, kapan aku bisa begitu ya. Masak hidupku berkutat dengan wajan gosong di rumah melulu "

Nikmati dulu masa yang ada di depan mata kita, Bu Ibu.

Mumpung bau ompol masih tercium di kasur, mumpung masih ada kesempatan makan pas tiba-tiba anak teriak " Mama, aku beol di celana ", mumpung masih bisa ngelonin anak dengan bau keringatnya yang asem itu

Mumpung ... mumpung ... mumpung

Nanti kelak ketika anak sudah mandiri, kita bisa kok menikmati ME TIME. Dan disaat itu pula, kita akan merindukan WE TIME bersama anak-anak kita. Hiks ... malah jadi sedih kan

***

Tapi di dunia ini belum tentu Bu Ibu punya suami yang berbeda kampung halaman, tugas di kota lain dan penyuka travelling. Gimana dong kalau suami gak kayak gitu ?

Komunikasi adalah koentji

Ingat, Tuhan menciptakan bibir dan mulut kita untuk berbicara dengan suami. Bilang aja " Abang sayang, Masku tercinta. Apakah engkau tega melihat wajah istrimu yang semakin tak sedap dipandang mata akibat lama tidak diajak piknik ?" 

Kalau pasangan tetap tak bergeming. Ya derita lo ... hahaha

Gak ding, Bu Ibu. Kudu tetap berusaha dan pantang menyerah. karena sejatinya tak akan ada hasil tanpa usaha sebelumnya. Demikian kata orang bijak

Tapi jangan pakai acara nyindir di sosmed dengan nge tag suami dengan artikel yang berjudul " Ajaklah Istrimu Piknik, maka Rejekimu Lancar". Ini misalnya loh ya, jadi kalau ada artikel dengan judul itu ... maafkan saya

" Papa, baca ini ya " sambil dikasih caption kayak gitu. Sekali dilakukan, suami mungkin masih bisa terima. Dua kali dan seterusnya, bisa jadi suami yang bakal marah

Kalau suami udah berubah dan mau jalan-jalan. Ya jangan ngotot maunya pergi ke Piramida Giza di Mesir, kalau kemampuan suami cuman ke Simpang Lima Semarang. Nikmati aja

Karena travelling dalam keluarga itu sejatinya adalah tentang kebersamaan, bukan tentang jauhnya kaki melangkah

Satu lagi nih, buat Bu Ibu yang punya suami sering pergi dinas keluar kota. Jangan diomeli melulu. Kasih kepercayaan dan kebebasan. Dan jangan lupa doa yang terbaik. Siapa tahu nih, jika saat ini hanya suami yang bisa pergi ke pulau dewata Bali untuk urusan pekerjaan. Mungkin dengan doa terbaik kita, Tuhan kelak mengabulkan mimpi kita untuk travelling ke Bali bersama suami dan anak-anak. Iya kan 

***

Demikian sharing saya kali ini, seorang ibu rumah tangga yang bisa melihat sebagian kecil keelokan negeri ini karena mengikuti tugas suami. Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca tulisan ini. Sampai jumpa lagi dan semoga bermanfaat. Salam ...


Share
Tweet
Pin
Share
43 comments

Hai, teman-teman. Apa kabar kalian semua ? Udah bisa move on belum dari liburan panjang akhir panjang akhir tahun ini kan

Postingan pertama di tahun 2018 ini, saya ingin berbagi cerita tentang hari -hari istimewa di Medan

Dijuluki sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, ibukota propinsi Sumatera Utara ini mempunyai banyak keistimewaan. Mulai dari kulinernya yang terkenal enak di seluruh negeri ini, budayanya dan lain - lain

Yang dulu pernah saya tulis di postingan ini ( diklik dan mampir ya, teman ) ðŸ˜Š

***

Medan, menurut Wikipedia mempunyai komposisi pemeluk agama :
- Islam 59,68 %
- Kristen Protestan 21,16 %
- Budha 9,9 %
- Katolik 7,1 %
- Hindu 2,15 %
dan Kong Hu Cu 0,01 %

Suku Melayu menjadi penghuni awal kota Medan. Masih menurut Wikipedia, kota yang didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi ini juga didominasi oleh berbagai suku dan etnis. Seperti Jawa, Batak, Tionghoa, Mandailing dan India. Serta beberapa suku lain seperti Minangkabau, Aceh, Angkola dan Nias

Dengan keberagamannya ini tak heran membuat Medan menjadi kota yang spesial . Dan keunikan Medan yang akan saya ceritakan kali ini adalah tentang perayaan hari - hari istimewanya

- Idul Fitri dan Idul Adha -

Umat muslim adalah mayoritas penduduk di kota Medan. Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha di kota Medan memiliki keistimewaan

Suasana sholat Ied di Masjid Raya Al Mashun ( sumber gambar :Tribunnews Medan )
Layaknya di tempat lain. Di Medan, saat jelang Idul Fitri dan Idul Adha banyak bermunculan  penjual ketupat dadakan

Ada 2 jenis ketupat yang dijual di Medan ini. Ketupat berukuran besar dan kecil. Ketupat besar nantinya akan diisi beras dan ukuran kecil diisi dengan beras ketan atau pulut dalam Bahasa Melayu

Selain ketupat asli, menjelang Idul Fitri di Medan akan banyak bermunculan penjual ketupat hias untuk dijadikan hiasan rumah saat Lebaran. Ketupat hias ini terbuat dari styrofoam dengan berbagai ukuran. Mulai dari yang kecil hingga besar

Ketupat hias berbagai ukuran yang dijual mulai harga 5 ribu hingga 50 riburupiah ( sumber gambar : Sindonews )
Kuliner seperti rendang, lemang, lontong sayur lengkap dengan tauconya dan opor ayam adalah pilihan sebagian besar dari masyarakat Medan

Pelaksanaan Sholat Ied di Medan dimulai sekitar jam 7 pagi

Masjid Raya Al Mashun, salah satu peninggalan Kesultanan Deli yang pembangunannya didanai oleh Sultan Deli dan konon juga dibantu oleh saudagar keturunan Tionghoa bernama Tjong A Fie dan saudaranya Tjong Yong Hian, Masjid Agung Sumatera Utara dan Lapangan Merdeka adalah tempat yang paling ramai saat pelaksanaan sholat Ied di Medan

Suasana sholat Ied di Lapangan Merdeka Medan ( sumber gambar : Karakter News )
Para pejabat daerah Sumatera Utara dan Medan, biasanya melaksanakan sholat Ied di Lapangan Merdeka Medan

Ada lagi nih yang membuat suasana Lebaran Idul Fitri di Medan terasa berbeda dari kebanyakan tempat. Karena penduduk Medan yang beragam agama ini, di hari pertama Idul Fitri tak sulit menemukan pedagang sayuran dan ikan yang berjualan di pasar tradisional. Mereka yang berjualan biasanya pedagang non muslim

Sedangkan saat Idul Adha di Medan, setelah pembagian daging dari masjid. Masyarakat Medan biasanya akan mengolah daging kurban menjadi rendang. Tak heran jika jarang sekali orang Medan yang membakar sate di hari Idul Adha

- Natal -

Desember adalah bulan istimewa bagi umat Kristiani. Tak ingin ketinggalan, umat Kristiani di Medan pun ingin menyemarakan hari Natal yang datang di bulan Desember itu

Berbagai persiapan dilakukan oleh mereka

Penjualan pohon Natal, lampu dan hiasan untuk menyemarakkan Natal di Medan mulai terlihat sekitar bulan November. Dari toko besar hingga pasar tradisional, akan banyak pedagang musiman yang menjual pernak - pernik natal

Salah satu penjual aksesoris Natal di Medan ( sumber gambar : Tribunnews Medan )
Di Medan, perayaan natal bersama dilakukan mulai awal Desember. Dari gereja hingga balai pertemuan lingkungan. Mudik juga dilakukan saat Natal dan akan makin bertambah ramai menjelang tahun baru

Gereja di Medan selain menggunakan Bahasa Indonesia, banyak juga yang menggunakan Bahasa Batak atau Bahasa Karo sebagai bahasa pengantar

Dari sekian banyak gereja di Medan, ada satu gereja yang cukup istimewa. Namanya Gereja Grha Maria Annai Velangkani atau lebih dikenal dengan Gereja Velangkanni

Gereja Maria Annai Melangkahi Medan. Annai artinya bunda. Velangkanni atau Vailankanni adalah nama desa di India ( sumber gambar : Lihat.co.id )
Apa yang membuat gereja ini lebih istimewa dibanding yang lain ? Gereja Velangkanni mempunyai bentuk yang nyaris mirip dengan kuil agama Hindu. Ternyata gereja ini dibangun oleh seorang pastur dari India bernama James Bharataputra. Setelah selesai pengerjaannya di tahun 2005, barulah gereja ini digunakan sebagai tempat ibadah untuk umat Kristiani keturunan India. Meski tak menutup untuk etnis lain

- Imlek dan Cheng Beng -

Masyarakat Tionghoa, adalah salah satu etnis yang memegang peran penting di bidang perdagangan di Medan ini. Saat perayaan Imlek, tak heran banyak toko yang tutup. Mall dan supermarket tetap buka

Suasana Imlek di Vihara Maha Maitreya Medan ( sumber gambar : TomTampubolon.Wordpress )
Saat Imlek, masyarakat Tionghoa berdoa di vihara-vihara yang tersebar di kota Medan ini. Di dekat Vihara Setiabudi yang merupakan terbesar di tengah kota Medan, terlihat banyak pedagang hio dadakan di pinggir jalan saat Imlek

Selain Vihara Setiabudi, Vihara Maha Maitreya yang terletak di kawasan komplek Cemara Asri juga menjadi tempat paling ramai dikunjungi oleh umat Budha untuk bersembahyang saat Imlek

Makan bersama saat Imlek juga bagian dari tradisi masyarakat Tionghoa. Di Medan, saling berkunjung antar keluarga juga merupakan tradisi masyarakat Tionghoa saat Imlek. Tak lupa baju berwarna merah adalah pilihan favoritnya

Cheng Beng, mungkin masih banyak yang belum pernah mendengar tradisi ini. Menurut Wikipedia, Cheng Beng adalah tradisi tahunan masyarakat Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah makam leluhur yang biasanya jatuh di bulan April. Saat Cheng Beng, masyarakat Tionghoa akan mendatangi makam leluhur dan bersembahyang

Komplek pemakaman masyarakat Tionghoa akan tampak ramai saat Cheng Beng, bahkan ada yang sudah berada di makam sebelum matahari bersinar

Berbagai macam makanan seperti buah dan perlengkapan sembahyang dibawa saat berziarah

Suasana Cheng Beng di makam leluhur ( sumber gambar : Smart FM Medan )
Cheng Beng juga menjadi salah satu saat mudik bagi masyarakat Tionghoa. Jangan terkejut, jika harga tiket pesawat dari Jakarta ke Medan akan melambung saat Cheng Beng. Dan pesawat biasanya penuh. Hotel pun banyak menawarkan promo untuk para pemudik ini

- Deevapali dan Holly -

Masyarakat India, adalah salah satu etnis yang menghuni ibukota Sumatera Utara ini. Kedatangan mereka dari tanah asalnya, dimulai dari masa pendudukan Belanda

Deevapali atau Dipawali di Kuil Shri Mariaman Medan ( sumber gambar : Tribunnews Medan )

Deevapali di Kuil Shri Mariaman Medan ( sumber gambar : The Jakarta Post )
Deevapali adalah perayaan cahaya bagi masyarakat Hindu India. Deeva artinya cahaya dan wali berarti jalan, atau jalan menuju cahaya. Cahaya atau pelita dalam perayaan Deevapali, melambangkan kemenangan kebaikan atas kejahatan

Perayaan Deevapali diadakan sekitar bulan Oktober - November. Di Medan, perayaan Deevapali atau Dipawali biasa dirayakan di Kuil Shri Mariaman yang terletak di pusat kota Medan

Selain Deevapali, masyarakat India di Medan juga merayakan Holly

Perayaan Happy Holly yang ditandai dengan perang serbuk warna - warni di sekolah Khalsa Medan ( sumber gambar : Harian Analisa )
Happy Holly atau perang serbuk warna - warni di India Utara dirayakan dalam rangka ungkapan rasa syukur menyambut pergantian musim. Masyarakat India di Medan pun tak ingin ketinggalan merayakan Holly. Happy Holly biasanya diselenggarakan setiap bulan Maret

Selain perang serbuk warna -warni, masyarakat India di Medan juga menyajikan kuliner dan budaya khas India untuk menyambut perayaan Holly. Bahkan salah satu sekolah India di Medan, mengadakan perayaan Holly yang terbuka untuk masyarakat umum

Perayaan Deevepali dan Holly di Medan oleh etnis India adalah salah satu yang paling meriah di Indonesia

- Tahun Baru -

Momen pergantian tahun di Medan, dianggap sebagai salah satu momen penting untuk berkumpul dengan keluarga

Di Medan, mudik tak hanya saat Lebaran Idul Fitri saja. Saat tahun baru, banyak masyarakat Medan dari berbagai agama yang mudik kembali ke kampung halamannya untuk berkumpul dengan keluarga tercinta

Kembang api saat pergantian tahun di Lapangan Merdeka Medan ( sumber gambar : Detik )
Bus antar kota dan kereta api, dipastikan akan penuh penumpang yang akan kembali ke kampung halaman. Bandara pun dipenuhi orang yang ingin berkumpul dengan keluarga

Salah satu penjual ketupat saat tahun baru di daerah Marelan Medan ( sumber gambar : Harian 88 )
Jika kebanyakan di kota lain, ketupat biasanya hanya muncul menjelang Lebaran saja. Sehari menjelang tahun baru, di Medan pedagang ketupat dadakan akan banyak bermunculan di pasar tradisional. Selain berburu ketupat, masyarakat Medan juga membeli ikan untuk dibakar bersama keluarga saat tahun baru

Tanggal 1 Januari, pasar menjadi lebih sepi. Banyak toko tutup dan hanya segelintir pedagang sayur atau ikan yang berjualan

Berastagi dan Danau Toba di Parapat atau Samosir adalah kawasan wisata favorit masyarakat Medan untuk melewati momen tahun baru

***

Yuk datang ke Medan dan rasakan keberagamannya yang indah ini

Sekian cerita saya dari Medan kali ini, jumpa lagi di cerita berikutnya ya. Salam 
...










Share
Tweet
Pin
Share
33 comments
Newer Posts
Older Posts

About Me

About Ibu Dila

Seorang istri dan ibu 2 anak yang belajar kehidupan dari setiap jejak langkah di negeri ini.

Search This Blog

Postingan Populer

  • Mengurus Pindah Sekolah Anak ke Luar Kota ( Berdasarkan Pengalaman Pribadi )
    Pindah lalu tinggal dan hidup di beberapa kota bukan lagi hal baru buat saya dan keluarga. Hari ini saya akan berbagi tips bagaimana memili...
  • Jalan-jalan Minggu ke Bagan Percut
    Pasar Ikan Bagan Percut, Deli Serdang Suami sudah beberapa kali mengajak saya ke Bagan Percut. Tapi entah selalu saja belum ter...
  • Museum Perkebunan Indonesia, Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Depan
    Museum ? Saya suka sekali dengan museum. Kali ini kunjungan kami sekeluarga adalah ke Museum Perkebunan Indonesia Museum yang terl...
  • Seseruan Bermain di Taman Budaya Resto, Tanjung Morawa
    Restoran ini jaraknya dekeeet banget dari rumah. Nyomot perkataan kawan saya , resto ini tetangga sebelah rumah aja. Padahal udah setahun ...
  • Buka puasa di Pondok Telaga Ikan, Kuala Namu
    Mulai awal minggu lalu pas papanya luar kota, pengen banget makan di luar. Pengen ini pengen itu tapi apa daya gak bisa nyetir *makan...

Follow Us

  • Facebook
  • Instagram
  • Google Plus

Categories

  • Banjarmasin
  • Jakarta
  • keluarga
  • kuliner
  • Lebaran
  • liburan
  • lomba blog
  • Medan
  • mudik
  • My Story
  • Novel
  • Pekanbaru
  • Review
  • Semarang

Hai, saya ingin jadi kawan kalian. Ikuti ceritaku yuk...

Blog Archive

  • August (1)
  • July (1)
  • May (2)
  • April (1)
  • March (3)
  • February (3)
  • January (3)
  • December (7)
  • November (11)
  • October (9)
  • September (5)
  • August (5)
  • July (5)
  • June (9)
  • May (8)

Member of Blogger Perempuan

Member of Blogger Perempuan

Member Of Kumpulan Emak Blogger

Member Of Kumpulan Emak Blogger
Instagram Facebook

Created with by ThemeXpose

Customized with by DuniaQtoy